Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Bijih Nikel & Bauksit Masih di Bawah Kuota

Ekspor bijih nikel kadar rendah dan bauksit oleh para perusahaan pembangun smelter terus merangkak naik meskipun masih jauh di kuota yang diberikan hingga akhir 2018.
Pekerja melakukan proses pemurnian dari nikel menjadi feronikel di fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) Pomalaa milik PT Aneka Tambang (ANTAM) Tbk, di Kolaka, Sulawesi Tenggara, Selasa (8/5/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Pekerja melakukan proses pemurnian dari nikel menjadi feronikel di fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) Pomalaa milik PT Aneka Tambang (ANTAM) Tbk, di Kolaka, Sulawesi Tenggara, Selasa (8/5/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Ekspor bijih nikel kadar rendah dan bauksit oleh para perusahaan pembangun smelter terus merangkak naik meskipun masih jauh di kuota yang diberikan hingga akhir 2018.

Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Bambang Gatot Ariyono mengatakan, dari kuota ekspor sebanyak 48 juta ton untuk nikel, realisasi baru mencapai 22 juta ton atau 48,83%. Sementara itu untuk bauksit, dari kuota ekspor sebanyak 26 juta ton, realisasinya hanya 9,8 juta ton atau 37,69%.

"Kuota yang diberikan disesuaikan dengan kapasitas smelter yang mereka bangun. Terserah mereka mau manfaatkan semua atau tidak," tuturnya, Jumat (4/1).

Sementara itu, Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Yunus Saefulhak menjelaskan ada beberapa faktor yang memengaruhi realisasi ekspor tersebut. Dua di antaranya adalah persiapan perusahaan dalam melakukan produksi dan pengapalan serta permintaan pasar di luar negeri.

Meskipun realisasinya masih tergolong rendah, penjualan nikel dan bauksit ke luar negeri sejak dibukanya keran ekspor tersebut pada 2017 terus mengalami peningkatan per semesternya.

Pada semester I/2017, realisasi ekspor bijih nikel baru sebanyak 403.201 ton. Jumlah tersebut meningkat jadi 4,63 juta ton di akhir 2017 dan terus melaju ke angka 8,14 juta ton pada semester I/2018.

Kondisi yang tak jauh berbeda pun terjadi di komoditas bauksit. Pada semester I/2017, realisasi ekspornya baru mencapai 57.135 ton.

Jumlah tersebut meningkat jadi 1,76 juta ton di semester II/2017. Adapun hingga akhir semester I/2018 volumenya kembali meningkat jadi 3,13 juta ton.

Sebelumnya, Ketua Indonesian Mining Institute (IMI) Irwandy Arif mengatakan pemerintah perlu cermat dalam melihat berapa banyak mineral mentah yang diekspor. Pasalnya, hal itu akan sangat berpengaruh pada harga di kemudian hari.

"Sekarang yang diekspor naiknya sedikit-sedikit. Kalau nanti terlalu banyak sehingga pasokannya kelebihan, itu yang harus diwaspadai," tuturnya kepada Bisnis.

Seperti diketahui, dalam Pasal 9 dan 10 Permen ESDM No. 5/2017, nikel dengan kadar kurang dari 1,7% dan bauksit yang telah dilakukan pencucian (washed bauxite) dengan kadar Al2O3 lebih dari atau sama dengan 42% digolongkan dalam mineral logam dengan kriteria khusus yang masih bisa diekspor.

Pemegang IUP Operasi Produksi nikel wajib memanfaatkan nikel kadar rendah tersebut minimal 30% dari total kapasitas input smelter yang dimiliki. Setelah terpenuhi, pemegang IUP bisa melakukan ekspor bijih nikel kadar rendah tersebut dalam jumlah tertentu selama lima tahun.

Pemegang IUP Operasi Produksi bauksit yang telah melakukan pencucian dan telah atau sedang membangun smelter bisa mengekspor komoditasnya maksimal lima tahun sejak peraturan ini terbit. Baik nikel maupun bauksit, akan dikenakan bea keluar apabila diekspor sebesar 10%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Lucky Leonard
Editor : Sepudin Zuhri

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper