Bisnis.com, JAKARTA — Komitmen bersama perlu dihadirkan dari pemerintah ataupun kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) untuk mencapai target lifting minyak dan gas seperti yang tertuang dalam APBN 2019.
Capaian rata-rata lifting migas sepanjang 2019 sebesar 1.917 juta barel setara minyak per hari (million barrels oil equivalent per day/mboepd) atau 96% dari target APBN 2018 sebesar 2.000 mboepd. Khusus untuk lifting minyak bumi tercatat 778.000 barel per hari (bph) atau tidak mencapai target APBN 2018 sebesar 800.000 bph.
Direktur Eksekutif Reforminer Komaidi Notonegoro mengatakan target lifting migas dalam APBN 2019 realistis, tetapi untuk mencapainya tidak sederhana. Menurutnya, untuk merealisasikan, pemerintah atau SSK Migas dapat mengontrol rencana kerja dan anggaran (WPnB) yang telah dimasukkan KKKS.
“Secara angka target APBN 2019 itu moderat, tetapi memang tidak sederhana, perlu komitmen stakeholder,” katanya kepada Bisnis, Minggu (6/1/2019).
Potensi penurunan produksi yang dilakukan Chevron di Blok Rokan, lanjut Komaidi, merupakan hal yang wajar mengingat KKKS ini akan melepas blok legendaris pada 2021 mendatang.
Selanjutnya, Chevron sendiri memiliki hak untuk merealokasikan anggaran belanjanya untuk proyek lain di Tanah Air, dalam har ini proyek IDD. Kendati demikian, pontensi penurunan akan terobati dengan kinerja impresif dari Blok Cepu yang menorehkan kinerja di luar ekspektasi.
“Karena terlihat ada tambahan cadangan, tapi untuk meningkatkannya lagi melebihi di atas kapasitas, tentu ada risiko teknis,” tambahnya.
Dalam APBN 2019, pemerintah memutuskan litfin minyak diketok 775.000 bopd, sementara lifting gas sebanyak 1,25 juta boepd.
Tahun lalu, Chevron Pacific Indonesia mencatatkan kinera di Blok Rokan pada 2018 dengan lifting minyak 209.000 bopd atau 98% target APBN 2018. Selanjutnya, Mobil Cepu Limited tercatat 209.000 bopd atau 102% dari target. Peringkat ketiga, Pertamina EP dengan capaian 79.900 bopd atau 93% dari target.
Dari sisi produsen gas, BP Berau Blok Tangguh mencatatkan kinerja 1.076 mmscfd atau 108% dari target, Pertamina Hulu Mahakam sebesar 832 mmscfd atau 75% dari target, smeentara Conoco Pilips Grissik mencatatkan kinerja 840 mmscfd atau 104% dari target.
Kinerja lifting migas, menurutnya, dapat terlihat dari realisasi investasi hulu migas yang dalam beberapa tahun terakhir relatif menurun. Sebagian besar investasi hulu migas diarahkan untuk eksploitasi, sehingga ketika terjadi tren penurunan realisasi lifting juga ikut terdampak.
“Dampak investasi tergantung peruntukan, kalau untuk eksploitasi, secara langsung, kalau eksplorasi dampaknya 3 - 5 tahun ke depan. Tapi kalau kemudian dibedah lagi, memang sebagian untuk eksploitasi,” ujarnya.
Ekonom Indef Bhima Yudhistira Adhinegara memproyeksi lifting minyak bumi akan tercatat sekitar 740.000 – 750.000 bodp. Proyeksi ini bukan tanpa alasan, Bhima menyebut penurunan investasi dan eksplorasi yang cenderung rencah, ditambah dengan tahun politik akan ikut memengaruhi.
“Ini juga terlihat dari target cost recovery dalam APBN yang berkurang dari US$11,3 miliar menjadi US$10,22 miliar pada 2019,” katanya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan dengan kondisi lapangan migas sudah mature, sehingga menyebabkan produksi yang menurun. Menurutnya, berbeda cerita ketika tahun ini akan banyak dilakukan pengeboran sumur development dan berhasil dalam mendapatkan migas.
“Pengeboran inipun masih sangat tergantung dengan proyeksi harga minyak dunia tahun depan. Jika memang di proyeksikan bagus, maka akan banyak KKKS yang melakukan kegiatan pengeboran sumur produksi,” katanya.
Mamit juga melihat kemampuan Pertamina yang dianggap belum dapat menjaga konsistensi produksi blok-blok yang sudah mereka akuisisi. Komitmen Pertamina harus tetap di tagih sehingga lifting bisa terus terjaga.
Sebelumnya, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengamini bahwa rencana investasi perlu terus dikawal agar terlaksana, sehingga dapat mendongkrak produksi migas. Selain itu, untuk menjaga produksi migas, pekerjaan proyek EOR perlu dipercepat.
Menurutnya, memingat investasi bergantung berpengaruh pada produksi hulu migas, Dwi mendukung percepatan investasi PT Pertamina di Blok Rokan.
"Mestinya Pertamina mulai masuk investasinya. Tinggal siapa yang laksanakan siapa yang financing. Transisi di Blok Mahakam dapat menjadi pelajaran," tambahnya.
Realisasi Lifting Migas 2018 di Bawah Target, Minyak Hanya 778.000 Bph
Komitmen bersama perlu dihadirkan dari pemerintah ataupun kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) untuk mencapai target lifting minyak dan gas seperti yang tertuang dalam APBN 2019.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : David Eka Issetiabudi
Editor : Sepudin Zuhri
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
6 jam yang lalu
Bos Eramet Buka-bukaan Soal RI Batasi Pasokan Nikel
11 jam yang lalu