Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tantangan Ekspor Tahun Ini Kian Berat

Kinerja ekspor nonmigas Indonesia pada 2019 diperkirakan tidak akan lebih baik dari 2018, lantaran masih tingginya ketidakpastian di berbagai sektor, baik dari dalam maupun luar negeri.
5 Produk unggulan ekspor ekspor nonmigas Januari-Mei 2018 (dalam us4 Juta)./Bisnis-Ilham Nesabana
5 Produk unggulan ekspor ekspor nonmigas Januari-Mei 2018 (dalam us4 Juta)./Bisnis-Ilham Nesabana

Bisnis.com, JAKARTA—Kinerja ekspor nonmigas Indonesia pada 2019 diperkirakan tidak akan lebih baik dari 2018, lantaran masih tingginya ketidakpastian di berbagai sektor, baik dari dalam maupun luar negeri.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi B. Sukamdani mengatakan, pada 2019 tantangan terbesar muncul dari potensi berlanjutnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Hal itu, menurutnya, akan kembali menimbulkan gangguan kepada rantai pasok global (global supply chain), yang pada akhirnya mengganggu kinerja ekspor nasional.

“Tantangan 2019 lebih berat dan lebih banyak dibandingkan dengan 2018. Apalagi ada tantangan dinamika politik dalam negeri, selain dari sisi global akibat perang dagang. Jadi saya pikir sulit apabila ekspor nonmigas tahun ini bisa tumbuh lebih tinggi dari target yang ditetapkan untuk 2018 sebesar 11%,” ujarnya, Selasa (1/1/2018).

Dia berharap para pelaku usaha dan pemerintah benar-benar memanfaatkan setiap peluang ekspor yang ada, terutama yang muncul akibat perang dagang AS-China. Pasalnya, sepanjang 2018 dia melihat belum banyak manfaat yang ditangkap Indonesia dari fenomena global tersebut.

Adapun, untuk potensi dari dalam negeri, Hariyadi melihat adanya tantangan dari momentum pemilihan umum presiden (pilpres). Dia memperkirakan akan ada perubahan kebijakan dari pemerintah pascapilpres. Hal itu membuat para pengusaha harus melakukan penyesuaian ulang, yang pada akhirnya berdampak pada kinerja ekspor sepanjang tahun.

“Terlepas siapa saja yang akan menang nanti [pilpres], pasti tetap akan ada perubahan dari sisi kebijakan pemerintah. Untuk itu saya berharap selama masa transisi itu, iklim investasi nasional harus tetap dijaga supaya kinerja industri, terutama yang berbasis ekspor dapat tetap berkembang,” lanjutnya.

Dia juga berharap pemerintah menggenjot penerapan kebijakan early outcomes pada setiap perjanjian kerja sama ekonomi dan perdagangan pada tahun depan. Sebab menurut dia, dari sekian banyak pakta kerja sama yang dijalin Indonesia, beberapa di antaranya masih harus melalui proses ratifikasi dan berpeluang dapat dijalankan secara penuh pada 2020.

Penetrasi Pasar

Wakil Ketua Umum Bidang Hubungan Internasional Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Shinta W. Kamdani meminta pemerintah serius dalam mendukung pengusaha melakukan penetrasi pasar dan insentif ekspor, terutama di negara pasar baru. Menurutnya, pasar ekspor nonmigas yang perlu mendapat dukungan adalah kawasan Asia Selatan, Afrika dan Timur Tengah.

Selain itu, dia menilai, selama ini permasalahan utama Indonesia dalam menggenjot ekspor ada pada ketersediaan bahan baku untuk industri. Para pelaku industri saat ini kesulitan dalam mendapatkan bahan baku, terutama produk impor. Hal ini terkait dengan kondisi ekonomi global yang masih belum pasti dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang fluktuatif.

“Kalau tidak ada perbaikan yang berarti oleh pemerintah dan inisiatif yang lebih besar dari sektor usaha untuk melakukan perluasan pasar, maka saya perkirakan ekspor nonmigas hanya akan tumbuh 7%-8% pada tahun ini, secara year on year (yoy),” jelasnya.

Apabila perbaikan secara masif dilakukan oleh pemerintah maupun pengusaha, dia optimistis ekspor nonmigas bisa melesat tumbuh 15%-20% secara yoy. Dorongan lain diharapkan dapat datang dari selesainya sejumlah perjanjian dagang dan ekonomi antara RI dengan Australia (IA CEPA) dan RI dengan EFTA (IE CEPA).

“Kalau proses ratifikasi kedua perjanjian dagang dan ekonomi itu selesai pada paruh pertama tahun ini, maka ekspor nonmigas kita bisa lebih kuat lagi tumbuhnya,” lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper