Bisnis.com, JAKARTA—Kalangan strategis mata uang yakin tahun depan bakal menjadi tahunnya euro. Tapi, para pengelola keuangan (money managers) dan trader tidak sependapat dengan perkiraan tersebut.
Morgan Stanley, Credit Agricole SA, dan Toronto Dominion Bank merupakan pihak-pihak yang memperkirakan nilai mata uang tunggal tersebut bakal melonjak pada tahun depan.
Hal itu ditopang oleh investor yang mulai mengalihkan perhatian dari dolar AS yang sudah overvalue.
Di sisi lain, Janus Henderson Group Plc. dan Allianz Global Investors memosisikan untuk pelemahan euro pada 2019, yang disebabkan skeptisisme terkait drama politik dan risiko ekonomi yang membayangi Benua Biru.
Adapun pandangan analis mata uang yang optimistis tersebut seakan mengulang perkiraan pada tahun lalu, bahwa euro tampak bakal melonjak ke level tertingginya dalam 4 tahun pada 2018.
Alih-alih menjadi kenyataan, euro justru mengakhiri tahun ini dengan pelemahan seiring dengan nada dovish yang diperdengarkan oleh Bank Sentral Eropa (ECB) serta kekhawatiran terkati risiko politik di Italia dan Prancis.
Pelaku pasar mata uang pun memperkirakan beberapa risiko politik di Eropa bakal memberatkan bank sentral untuk menaikkan suku bunganya sebelum 2020.
Kendati demikian, Toronto Dominion Bank tetap memperkirakan ECB mampu menaikkan suku bunga dalam waktu dekat. Bahkan, ECB dinilai dapat menaikkan suku bunga sebanyak dua kali pada tahun depan dan membawa suku bunga deposito mendekati nol persen.
“Memang terlalu agresif, ya, tapi menurut kami ada keinginan besar untuk segeral keluar dari kebijakan moneter darurat secepatnya. Euro akan terus menikmati keseimbangan eksternal yang solid,” ujar Ned Rumpeltin, European Head of Foreign-Exchange Strategy di TD Bank, seperti dikutip Bloomberg, Minggu (23/12/2018).
Toronto Dominion Bank memperkirakan euro bakal menguat ke level 1,27 per dolar AS pada tahun depan.
Sebagai perbandingan, survei Bloomberg menunjukkan median nilai euro pada 2019 berada di level 1,20 per dolar AS.
Adapun euro diperdagangkan di sekitar US$1,1400 pada Jumat (21/12/2018), atau telah melorot hingga 5% terhadap dolar AS di sepanjang tahun ini.