Bisnis.com, JAKARTA — PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero)akan menghadapi beberapa tantangan untuk menjaga kestabilan tambang PT Freeport Indonesia sampai 2041.
Ketua Indonesai Mining Association (IMA) Irwandi Arif mengatakan, tantangan Inalum selaku pemegang saham mayoritas Freeport Indonesia tidak sekedar aspek bisnis, tetapi juga keekonomian dan investasi.
“Selain itu, perlu dipastikan bagaimana menjaga kestabilan tambang, ujung-ujungnya strategi menjaga cash flow,” tuturnya kepada Bisnis, Jumat (21/12/2018).
Untuk memastikan kestabilan tambang, aspek teknis menjadi perhatian utama. Akan tetapi, guna pengelolaan berjalan baik, akan ada transisi masalah teknis dan kemudian barulah berfungsi penuh pengendalian PT Inalum di PTFI.
“Ini bukan hal yang mudah, ini penting dan sangat kompleks, membutuhkan professional,” tambahnya.
Hari ini, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo mengumumkan proses divestasi saham PT Freeport Indonesia ke PT Inalum (Persero) sebesar 51,23% telah rampung.
"Saya baru saja menerima laporan dari seluruh menteri yang terkait dari Dirut [direktur utama] PT Inalum dan dari CEO dan dari Dirut PT Freeport McMoran. Disampaikan bahwa saham PT Freeport sudah 51,2% sudah beralih ke PT Inalum dan sudah lunas dibayar," katanya.
Menurutnya, penyelesaian proses divestasi saham Freeport merupakan momen bersejarah bagi Indonesia sejak perusahaan ini beroperasi di Tanah Air sejak 1973. Dia berharap, kepemilikan saham mayoritas oleh PT Inalum bisa digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Tak hanya itu, Jokowi juga menambahkan masyarakat Papua melalui pemerintah provinsi dan pemerintah daerahnya akan mendapatkan 10% dari saham yang telah diakuisisi oleh PT Inalum.
"Saya mendapat laporan terkait lingkungan yang berkaitan dengan smelter telah terselesaikan dan sudah disepakati. Artinya semuanya sudah komplit dan tinggal bekerja saja," ujarnya.