Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Defisit Neraca Perdagangan: Perjanjian Dagang dengan Negara Lain Digenjot

Wakil Presiden Jusuf Kalla membeberkan solusi untuk mengatasi defisit neraca perdagangan. Solusi tersebut bersifat jangka panjang di antaranya bagaimana Indonesia masuk dalam pola perdagangan yang lebih baik dengan negara-negara lainnya.
Wakil Presiden Jusuf Kalla/Bisnis.com-Irene Agustine
Wakil Presiden Jusuf Kalla/Bisnis.com-Irene Agustine

Bisnis.com, JAKARTA — Wakil Presiden Jusuf Kalla membeberkan solusi untuk mengatasi defisit neraca perdagangan. Solusi tersebut bersifat jangka panjang di antaranya bagaimana Indonesia masuk dalam pola perdagangan yang lebih baik dengan negara-negara lainnya.

“Dengan empat negara Eropa sudah selesai. Ini kita lagi berunding menyelesaikan Australia dengan AS. Dan juga nanti dengan Uni Eropa. Itu antara lain cara agar posisi ekspor kita lebih baik, karena Thailand, Vietnam, juga memiliki perjanjian seperti itu. Kita mengejar sistem itu, agar ekspor kita bisa lebih baik,” ujarnya di Kantor Wakil Presiden RI, Selasa (18/12/2018).

Bahkan menurutnya proses perundingan dengan Australia yaitu Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA)sudah hampir selesai dan pemerintah kedua negara tinggal meneken kesepakatannya.

Adapun kesepakatan serupa dengan Uni Eropa dan Amerika Serikat, Wapres Kalla berharap selesai awal tahun depan.

Di sisi lain Wapres Kalla pun menegaskan penyelesaian sejumlah kesepakatan dengan beberapa negara tersebut untuk meredam dampak buruk perang dagang antara Amerika Serikat dan China.

“Karena kalau terjadi perang dagang, kesempatan kita masuk lebih tinggi. Pasti barang-barang China ini naik harganya di Amerika. Ini kesepatan kita masuk. Tapi kalau kita tidak ada perjanjian khusus tentang perdagangan secara keseluruhan, itu nanti kita akan terhalang,” katanya.  

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia defisit US$2,05 miliar pada November 2018 seiring besarnya defisit di neraca migas. 

Nilai defisit ini disebabkan posisi neraca ekspor yang tercatat sebesar US$14,83 miliar lebih rendah dibandingkan dengan nilai neraca impor sebesar sebesar US$16,88 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper