Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kampanye Pariwisata 2019 Harus Agresif

Pariwisata Indonesia diprediksi akan tumbuh antara 5 hingga 10% tahun depan dengan mengandalkan free independent tourist (FIT) dan juga wisatawan grup kecil.

Bisnis.com, JAKARTA -  Pariwisata Indonesia diprediksi akan tumbuh antara 5 hingga 10% tahun depan dengan mengandalkan Free Independent Tourist (FIT) dan juga wisatawan grup kecil.

Maraknya maskapai dengan layanan low cost carrier serta bertambahnya frekuensi rute pada beberapa destinasi merupakan faktor pendorong pertumbuhan.

Menurut Wakil Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Panca Sarungu, spot berbasis "instagramable" masih menjadi daya tarik wisatawan lokal, sedangkan untuk turis mancanegara masih mengandalkan wisata alam dan budaya.

"Turis luar tertarik dengan pantai seperti Bali, Lombok, Toraja dan Danau Toba. Kemungkinan daerah pantai lain seperti Belitung dan Kepulauan Seribu juga akan meningkat tahun depan. Kalau wisata belanja, turis asal Malayasia dan Singapura masih dominan di Indonesia," tuturnya.

Menurut Panca, faktor bencana alam seperti gempa bumi dan gunung juga mempengaruhi tidak tercapainya target pemerintah dalam penerimaan devisa di industri ini, padahal pariwisata termasuk leading sector dalam dua dekade terakhir.

"Tahun depan kita perlu fokus pada peningkatan sumber daya manusia serta pemasaran luar negeri berbasis materilized number. Artinya, subsidi diberikan hanya kepada industri yang dapat menjamin kunjungan dan mengurangi promosi berbasis branding karena telah dilakukan selama dua hingga tiga tahun terakhir," tambahnya.

Menurut Ketua Umum DPP Masyarakat Sadar Wisata ini, kampanye pariwisata juga harus lebih agresif khususnya untuk segmen khusus seperti wisata halal, reliji, dan hobi.

"Wisata hobi bisa berupa wisata laut, olahraga dan juga menyelam."

Senada dengan itu, pengamat komunikasi industri Muhammad Zulkifli mengatakan bahwa sejauh ini fokus kampanye pariwisata masih pada lokasi-lokasi yang berkategori top of mind seperti Bali, Lombok, Raja Ampat maupun Yogyakarta.

"Padahal banyak sekali tempat-tempat tersembunyi di Indonesia yang jarang diekspos oleh media dan tidak diketahui oleh wisatawan. Sebut saja seperti pantai Madakaripura di Probolinggo, pantai pulau Merah dan Meru Betiri di Banyuwangi, teluk Kiluan di Lampung dan Krumutan di Riau. Rasanya kita belum maksimal mempromosikan spot-spot ini ke wisman maupun wisnus," tuturnya.

Selain itu, tambah Zulkifli, yang dijual sejauh ini masih seputaran keindahan alam maupun budayanya saja dan abai terhadap faktor-faktor lain yang juga bisa menarik wisatawan.

"Beberapa negara sudah sejak lama mengkampanyekan nilai jual yang berbeda, misalnya sport tourism. Malaysia serius menggarap sektor ini dengan menjadikan Penang sebagai pusatnya. Thailand berambisi menjadikan negaranya sebagai destinasi utama wisata olahraga terbesar di Asia. Vietnam juga sudah mulai membangun infrastruktur. Kenapa demikian, karena potensi yang dihasilkan sub sektor ini cukup besar sehingga pemerintah masing-masing negara tersebut berani berinvestasi di ceruk ini."

Indonesia, tambahnya, juga cukup banyak menyelenggarakan acara-acara sport tourism secara reguler. Sayangnya, ada beberapa kelemahan seperti tidak adanya tanggal pasti penyelenggaraan serta kalender kegiatan tahunan sehingga calon wisatawan tidak mendapatkan informasi yang akurat.

"Tidak hanya sport tourism, bidang wisata lain pun perlu penggarapan serius. Wisata halal, wisata MICE, dan bahkan sekarang ada tren baru yang namanya nomadic tourism. Ini yang perlu kita jual selain keindahan alam."

Anggaran kampanye pariwisata pun porsinya harus lebih besar atau minimal sama dengan anggaran penyelenggaraan.

"Sejauh ini anggaran untuk operasional lebih besar dari promosi. Kita tentu tidak membuat kegiatan pariwisata hanya untuk ditonton sendiri. Alokasi biaya harus fifty fifty antara operasional dan kampanye. Orang luar harus tahu tentang daerah wisata kita dan apa yang ada di dalamnya. Dan ini butuh strategi komunikasi yang terintegrasi baik konvensional maupun digital," ungkap Zulkifli mengakhiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper