Bisnis.com, JAKARTA - Para pelaku usaha pesimistis jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pada 2019 dapat mencapai 20 juta kunjungan seiring tak tercapainya target di tahun ini.
Wakil Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran mengatakan pihaknya pesimistis untuk mencapai target tahun depan karena melihat kondisi di sepanjang tahun ini dimana target 17 juta kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pun tak tercapai.
"Tahun depan kami perkirakan kunjungan wisman ke Indonesia sekitar 16 juta hingga 17 juta kunjungan. Tahun ini aja enggak tercapai," ujarnya kepada Bisnis, akhir pekan lalu.
Sejak tahun 2015 dalam menarik kunjungan wisman ke Indonesia, pemerintah hanya bergerak pada wisata alam atau leisure.
Padahal, untuk mencapai target 20 juta maupun target kunjungan wisman setiap tahunnya ini dapat difokuskan dengan menyelenggarakan meeting, incentive, convention and exhibition (MICE).
"Program MICE baru dilakukan pada tahun ini. Padahal MICE ini perannya sangat penting dalam menarik banyak turis ke Indonesia. Kalau leisure enggak begitu banyak," katanya.
Baca Juga
Lebih lanjut lagi, dengan diselenggarakan kegiatan MICE di Indonesia dapat mendatangkan 3 kali lipat kunjungan wisman leisure. Sementara wisata leisure sendiri baru berdampak pada kunjungan wisman ke Indonesia selama tiga hingga empat tahun kemudian.
"Kami berharap ada strategi baru untuk memperoleh kunjungan wisman di tahun depan. Apalagi anggaran pariwisata sangat besar sehingga sayang setiap tahunnya tak memcapai target," ucap Maulana.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani juga memproyeksikan kunjungan wisman pada tahun depan hanya mencapai 16 juta kunjungan wisman pada tahun depan, jauh dari yang ditargetkan pemerintah sebanyak 20 juta kunjungan.
Pasalnya, saat ini pemerintah hanya berfokus pada branding pariwisata. Promosi yang dilakukan seharusnya dapat meningkatkan penjualan di sektor pariwisata.
Namun, branding yang dilakukan selama ini tak berpengaruh besar pada penjualan atau transaksi paket destinasi wisata.
"Pemerintah bisa memberikan insentif atau keringanan bagi wisatawan yang mau membeli produk atau menggunakan jasa di Indonesia," tuturnya
Selama ini, pemerintah memang telah memberikan insentif, namun insentif pada Peraturan Menteri Pariwisata (Permenpar) Nomor 102 Tahun 2018 tentang penyediaan prioritas insentif bagi industri pariwisata yang masih jarang dikunjungi terutama di luar Bali, dia menilai terlalu kaku.
"Cina itu mendorong penjualan dengan memberikan insentif kepada turisnya, kita kurang di situ jangkauan insentif," ujar Haryadi.
Menurutnya, salah satu cara untuk mencapai target kunjungan wisman pada tahun depan yakni bekerja sama dengan pemerintah daerah yang diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk mengembangkan potensi pariwisata yang dimiliki dengan melibatkan unit terkecil pemerintahan desa.
Hal itu dilakukan dengan mengoptimalkan dana pusat dan daerah untuk pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
"Alokasi anggaran pemerintah juga perlu ditingkatkan untuk promosi penjualan produk pariwisata baik melalui media konvensional maupun elektroni. Kurangi anggaran untuk branding," kata Haryadi.
Ketua Umum Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) Asnawi Bahar juga tak optismistis dalam mencapai target wisman sebanyak 20 juta kunjungan pada tahun depan.
Pasalnya, tahun depan tak banyak penyelenggaraan kegiatan MICE seperti pertemuan tahunan IMF-WB, Asian Games, dan Asian Para Games yang berdampak pada kunjungan wisman ke Tanah Air.
"Tahun ini saja tak mencapai target 17 juta kunjungan, apalagi tahun depan yang targetnya 20 juta kunjungan," ucapnya.
Menurutnya, pemerintah tak lagi fokus dalam membranding destinasi wisata di Indonesia. Pasalnya, selama ini brand Wonderful Indonesia sudah terkenal.
"Sudah cukup pemerintah menggaungkan brand Wonderful Indonesia di kancah dunia. Saat ini yang perlu dilakukan yakni program penjualan langung destinasi wisata (hard selling)," ujarnya.
Dia menilai saat ini perlu ada strategi khusus dalam menarik wisman ke destinasi wisata lain di Indonesia. Pemerataan destinasi ini penting agar tak membuat wisman jenuh datang ke Indonesia.
Selama ini turis yang datang berkunjung ke Tanah Air, sebesar 40% berada di Bali dan sekitarnya, lalu 30% di Jakarta, 20% berada di Batam dan sisanya 10% berada di 30 Provinsi yang ada di Indonesia.
"Banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan pemerintah dan pelaku usaha pariwisata agar dapat memenuhi 20 juta wisman ke Indonesia," kata Asnawi.
Ketua Umum Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Elly Hutabarat berpendapat untuk dapat mencapai target 20 juga kunjungan wisman pada tahun depan dilakukan dengan pemerataan destinasi wisata.
Selama ini, dia menduga ada kejenuhan turis mendatangi lokasi destinasi wisata tertentu yang memang secara infrastrukturnya telah memadai.
"Ini yang menjadi tugas bersama, untuk memperbanyak kunjungan ke destinasi wisata selain Bali, Jakarta dan Batam," ujarnya.
Selain itu, destinasi wisata saat ini sudah seharusnya menyesuaikan dengan gaya hidup digital sehingga infrastruktur fisik dan teknologi wajib tersedia.
"Bisnis pariwisata berkembang pesat, tetapi porsi pemainnya masih belum terpetakan secara jelas," kata Elly.
Ketua Ikatan Cendikiawan Pariwisata Indonesia (ICPI) Azril Azahari menuturkan sejak tahun 2016, target kunjungan wisman ke Indonesia ini tak tercapai. Hal itu semestinya menjadi evaluasi pemerintah pada strategi untuk menarik kunjungan wisman ke Indonesia.
"Saya kira untuk dapat mencapai 20 juta kunjungan wisman di tahun depan sulit. Karena sejak 2016, target kunjungan tak tercapai. Ini menjadi evaluasi pemerintah agar tak hanya branding dan promosi saja tetapi ada cara khusus menarik wisman ke Indonesia," terangnya.
Sementara itu, Menteri Pariwisata Arief Yahya tetap meyakini target kunjungan wisman sebanyak 20 juta dapat tercapai. Stretegi yang dilakukan dengan menarik kunjungan wisatawan halal yakni yang ditargetkan sebanyak 5 juta wisatawan pada tahun depan.
"Tahun ini ada 3,5 juta kunjungan wisata halal dari wisman ke Indonesia. Tahun depan yakin bisa capai 5 juta kunjungan sehingga berkontribusi dalam pencapaian target 20 juta kunjungan," ucapnya.
Selain itu, pihaknya juga mengoptimalkan kunjungan wisman perbatasan datang ke Indonesia. Tahun depan diperkirakan sebesar 20% atau sekitar 3,4 juta wisatawan perbatasan dari total 20 juta kunjungan wisman datang ke Indonesia.
"Banyak strategi yang akan kami optimalkan dalam mencapai target 20 juta kunjungan wisman. Kalau tahun ini tak mencapai target 17 juta wisman karena bencana. Kami berharap bisa 20 juta wisman datang ke Indonesia," tutur Arief.