Bisnis.com, SOLO--Setelah menggenjot pembangunan infrastruktur dalam kurun waktu 4 tahun, tahapan besar berikutnya pemerintah bakal fokus dalam pembangunan sumber daya manusia mulai tahun depan.
Presiden RI Joko Widodo mengatakan perubahan industri di era digital, yang disebut dengan revolusi industri 4.0, membawa perubahan yang radikal dan tidak terduga. Perubahan ini harus disikapi dengan SDM yang berkompeten supaya tidak tertinggal dengan negara lain.
"Kalau tidak dipersiapkan SDM, akan sangat bahaya bagi sebuah negara. Oleh karena itu, pembangunan SDM dimulai 2019 harus dilakukan besar-besaran, tidak boleh nanggung," katanya dalam penutupan Rapimnas Kadin 2018 di Solo, Rabu (28/11/2018).
Menurutnya, Indonesia juga membutuhkan orang-orang yang berpikiran terbuka untuk memimpin baik di pemerintahan maupun di BUMN, siap menyikapi dan bereaksi dengan cepat perubahan yang terjadi secara tiba-tiba, goal oriented, serta mampu berkolaborasi.
Diharapkan melalui program-program upgrading dan training akan lahir para pembawa perubahan yang mampu merespon cepat perubahan yang ada, dengan sistem dan regulasi yang sederhana.
Sementara itu, Kementerian Perindustrian telah menjalankan berbagai program dalam upaya pengembangan SDM industri kompeten. Langkah strategis itu antara lain melalui pendidikan vokasi industri berbasis kompetensi yang menerapkan sistem ganda (praktik dan teori).
Selain itu, pembangunan politeknik atau akademi komunitas di kawasan industri. “Untuk itu, kami terus mengajak keterlibatan dunia industri agar bisa mendukung pelaksanaan program pendidikan vokasi secara dual system, seperti yang diterapkan di Jerman, Austria, dan Swiss. Kita perlu mengadopsinya untuk dikembangkan dengan pola yang ada di Indonesia,” ujar Sekjen Kemenperin Haris Munandar.
Kemenperin juga telah meluncurkan program link and match antara Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan industri di beberapa wilayah Indonesia. Selanjutnya, diklat 3in1, pembangunan infrastruktur dan sertifikasi kompetensi, serta mencetak SDM industri 4.0.
Pada program pendidikan vokasi yang link and match antara SMK dengan industri, Kemenperin telah menggandeng sebanyak 609 industri dan 1.753 SMK. Kegiatan ini akan terus digulirkan, dengan target menciptakan satu juta tenaga kerja yang tersertfikasi pada 2019.
Dari program pendidikan vokasi itu, Kemenperin sudah melakukan penyelarasan sebanyak 35 program studi yang dibutuhkan industri saat ini untuk diterapkan pada kurikulum di SMK.
“Kami me-redesign kurikulum yang konvensional untuk diperbarui sesuai dengan industri 4.0. Program studi itu di antaranya teknik ototronik, audio video, dan robotik yang dibutuhkan oleh sektor industri otomotif,” imbuh Haris.