Bisnis.com, LINGGA – Koalisi Kabupaten Penghasil Kelapa (Kopek) mendorong industrialisasi komoditas kelapa di Indonesia sehingga dapat mendukung diversifikasi produk olahan kelapa dan meningkatkan nilai tambah.
Isu industrialisasi menjadi salah satu bahan diskusi pokok yang akan dikemukakan pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Kopek yang diadakan di Dabo Singkep, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau, pada 21-22 November 2018.
Ketua Umum Kopek Nelson Pomalingo mengatakan kelapa adalah komoditas yang terlupakan. Menurutnya, ada sekitar 3,6 juta hektare (ha) lahan perkebunan kelapa yang tersebar di 248 kabupaten di Indonesia dan 98% di antaranya adalah milik masyarakat yang dikuasai secara perorangan.
“Beda dengan kelapa sawit yang mayoritas dikuasai korporasi, kelapa ini milik rakyat. Karena itu membangun komoditas kelapa, berarti membangun rakyat,” ujar Nelson, Rabu (21/11/2018).
Untuk itu, Kopek mendorong pemerintah untuk membangun industri terpadu dan mendorong diversifikasi produk komoditas kelapa agar mampu memberikan nilai tambah ekonomi kepada masyarakat.
Namun, ada tiga tantangan utama yang dihadapi. Pertama, revitalisasi karena cukup banyak kelapa yang sudah sangat tua.
Kedua, produktivitas yang rendah. Ketiga, industri dan pasar karena industri sedang berkembang pesat tapi pasar justru mengalami kelesuan.
“Kami akan bicarakan agar bisa menggairahkan kembali pasar kelapa ini. Kami juga akan buat pesan dari Lingga, yang akan disuarakan sampai ke tingkat nasional,” jelasnya.
Bupati Lingga Alias Wello menyatakan Kopek akan menginventarisasi sejumlah persoalan yang dihadapi oleh masing-masing kabupaten penghasil kelapa. Hasil Rakernas Kopek akan menjadi rekomendasi kepada pemerintah pusat untuk menerbitkan regulasi terkait pengembangan komoditas kelapa.
Selama ini, pengelolaan kelapa dilakukan oleh masyarakat lokal dengan cara tradisional. Kopek ingin mendorong adanya sentuhan teknologi dalam proses pengelolaan kelapa oleh masyarakat, sehingga bisa meningkatkan kualitas produksi dalam negeri.
“Indonesia memiliki lahan kelapa terbesar di dunia, tapi produktivitasnya masih sangat rendah. Jenis produk turunannya juga masih sangat terbatas,” ungkapnya.
Alias menyebutkan ada tiga hambatan pokok yang membuat produktivitas produk olahan kelapa di Indonesia tak terlalu tinggi, yakni keterbatasan teknologi, rendahnya kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM), dan sulitnya mengakses pembiayaan.