Bisnis.com, JAKARTA – PT Janata Marina Indah (JMI) masih mengandalkan jasa reparasi kapal atau docking sebagai tumpuan pendapatan perseroan.
Presiden Direktur JMI Joeswanto Karijodimedjo mengatakan aktivitas docking berkontribusi 90% terhadap omzet perusahaan yang sekitar Rp100 miliar per tahun. Adapun bangun baru hanya menyumbang 10%.
Galangan kapal yang beroperasi di Semarang ini melayani reparasi sekitar 80-90 unit kapal setiap tahun.
"Kapal yang reparasi tiap minggu pasti ada saja yang datang. Kalau bangun baru, belum tentu," ungkapnya pada Minggu (4/11/2018).
Joeswanto mengatakan pelanggan jasa docking biasanya kapal-kapal penumpang yang biasanya harus direparasi setelah beroperasi 12 bulan, armada laut TNI, serta armada angkutan perintis dan tol laut.
Sementara itu, bangun baru biasanya dilakukan oleh institusi di dalam negeri, seperti kementerian dan BUMN. Jenis kapal yang dipesan pun umumnya kapal perambuan dan kapal tunda (tug boat).
Adapun kalangan swasta cenderung membeli kapal niaga dari luar negeri, baik baru maupun second hand.
Menurut Joeswanto, perusahaan pelayaran swasta umumnya mengimpor kapal karena tak memerlukan waktu lama. Sementara pembangunan kapal baru memakan waktu setidaknya 18 bulan.
Dari sisi teknologi, menurut mantan Ketua Umum Ikatan Perusahaan Industri Kapal dan Sarana Lepas Pantai (Iperindo) itu, sebetulnya galangan kapal domestik tidak kalah dari galangan kapal di luar negeri.
JMI mengoperasikan dua unit dok di kompleks Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang. Dok gali (graving dock) di unit I memiliki luas 110x25 meter dengan kapasitas 8.000 ton, sedangkan dok bangunnya (building dock) seluas 102x21,5 meter dengan kapasitas 7.000 ton.
Sementara itu, di unit II, JMI mengoperasikan graving dock yang mampu menamping kapal-kapal besar berkapasitas hingga 20.000 dead weight tonnage (DWT). Fasilitas building dock di unit yang sama bahkan mampu membangun kapal berukuran hingga 30.000 DWT.