Bisnis.com, JAKARTA – Ekonomi Korea Selatan tumbuh lebih lambat dari yang diperkirakan pada kuartal III/2018 karena penurunan investasi konstruksi dan fasilitas, menimbulkan keraguan baru mengenai kemungkinan kenaikan suku bunga oleh Bank of Korea bulan depan.
Berdasarkan data Bank of Korea pada Kamis (25/10/2018), Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat 0,6% dalam pada kuartal III dari kuartal sebelumnya (Quarter-on-Quarter/QoQ), yang juga meningkat dengan kecepatan yang sama.
Angka ini lebih rendah dari estimasi ekonom dalam survei Bloomberg yang memperkirakan pertumbuhan 0,8% QoQ. Sementara itu, dibandingkan kuartal yang sama tahun sebelumnya, PDB tumbuh 2,0%, lebih rendah dari median perkiraan ekonom sebesar 2,3%.
Angka ini merupakan laju paling lambat sejak 2009, yang sebagian karena pertumbuhan sangat kuat selama periode tahun sebelumnya.
Dilansir Bloomberg, meskipun ekspor masih tumbuh, ekonomi Korea Selatan telah kehilangan tenaga karena investasi merosot dan lapangan kerja baru menurun tajam. Fakta bahwa Gubernur BOK, Lee Ju-yeol, telah menyampaikan sinyal hawkish pada suku bunga berujung pada perlunya mengatasi ketidakseimbangan keuangan yang sedang tumbuh daripada risiko ekonomi yang terlalu panas.
BOK memangkas perkiraan pertumbuhan 2018 menjadi 2,7% dari 2,9% awal bulan ini dan tak mengubah prospek inflasi pada 1,6%. Lee mengatakan ekonomi yang bergantung pada ekspor akan terus tumbuh kira-kira sesuai dengan potensinya, tetapi dengan perang perdagangan AS-China, pandangan tersebut akan diuji.
Baca Juga
Joo Won, ekonom Hyundai Research Institute, mengatakan angka PDB ini menunjukkan meningkatnya kemungkinan bahwa perkiraan ekspansi ekonomi BOK sebesar 2,7% untuk tahun ini mungkin bahkan tidak dapat dipenuhi, dan hal tersebut menimbulkan keraguan pada kenaikan suku bunga bulan depan.
"Tren penurunan pertumbuhan ekonomi telah menjadi lebih jelas,” ungkap Joo, seperti dikutip Bloomberg, Kamis (25/10/2018).
Joo menambahkan, sengketa perdagangan AS-China pasti akan berdampak pada ekonomi Korea, namun masalah yang lebih besar adalah peta jalan ekonomi China ke depan.
“Sengketa perdagangan bisa memicu perlambatan ekonomi di China dan itu menjadi perhatian yang lebih besar bagi kami. Jika hal ini menyentuh Pasar domestik China, itu akan berakibat fatal bagi ekspor Korea," lanjutnya.