Bisnis.com, JAKARTA — Tarif yang diberikan AS sebesar 10% untuk produk impor asal China tidak banyak merisaukan pabrikan di sekitar Pearl River Delta, Hong Kong. Tapi, pengusaha di sana lebih khawatir dengan ancaman tarif sebesar 25% dari Presiden AS Donald Trump yang rencananya berlaku mulai tahun depan.
Ben Yang, seorang produsen mebel Sunrise Furniture Co. di Dongguan, menyampaikan bahwa ekspor produknya ke AS dapat anjlok dari 90% menjadi kurang dari sepertiganya jika tarif yang diancamkan AS tersebut berlaku sesuai rencana pada Januari 2019.
“Kompetitor utama kami adalah Vietnam dan tarif sebesar 10% belum banyak berdampak. Tapi, tarif 25% yang membuat khawatir,” kata Yang, yang menyuplai produknya ke perusahaan AS seperti Rooms To Go Inc., seperti dikutip Bloomberg, Kamis (18/10/2018).
Adapun situasi yang dihadapi Yang tersebut mencerminkan perekonomian secara keseluruhan menjelang penutupan tahun ini di China, bahwa pemberitaan negatif terkait perang dagang yang mendominasi 2018 memang belum mengganggu output perusahaan, tapi perlambatan secara gradual sudah terjadi.
Setidaknya hal itu disampaikan oleh beberapa manufaktur di Delta dalam survei Bloomberg selama 10 hari terakhir.
Adapun kawasan Delta merupakan hub tradisional China yang memproduksi banyak barang, mulai dari mainan anak-anak hingga bahan kimia. Bahkan di sana juga terdapat kantor pusat raksasa teknologi Tencent Holdings Ltd. yang mengembangkan produk berteknologi tinggi.
Eksportir di sana pun kini mencari cara untuk menutupi kerugian ekspor ke AS dengan mencari pasar luar negeri selain AS dan menargetkan konsumen domestik.
“[Tarif] yang lebih dari 10%, gangguannya akan meningkat secara eksponensial,” kata David Loevinger, mantan spesialis China di Kemenkeu AS yang kini menjadi analis di TCW Group Inc, LA.