Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Kembali Kurangi Kepemilikannya di Obligasi AS, Ini Kata Ekonom

China kembali mengurangi porsi kepemilikan obligasi AS menjadi US$1,165 triliun pada Agustus 2018.
ilustrasi./.Bloomberg
ilustrasi./.Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - China kembali mengurangi porsi kepemilikan obligasi AS menjadi US$1,165 triliun pada Agustus 2018.

Berdasarkan data Departemen Keuangan AS yang dirilis pekan ini, pengurangan porsi obligasi AS oleh China itu tercatat turun ke level terendahnya dalam 7 bulan.

China telah memangkas kepemilikan obligasi AS selama 3 bulan terakhir. Meskipun demikian, Negeri Panda masih tetap menjadi negara non-AS yang memiliki porsi obligasi Negeri Paman Sam terbesar saat ini.

Sebagian menilai, langkah China mengurangi kepemilikan obligasi AS adalah untuk menopang pelemahan nilai tukar yuan yang terseret volatilitas di pasar negara berkembang (emerging market).

Namun demikian, tetap ada kekhawatiran bahwa Negeri Panda dapat meretaliasi tarif tersebut dengan memainkan kepemilikan obligasi AS.

“[Pemangkasan] ini mungkin hanya untuk menopang mata uang China dan mengendalikan arus harian (day-to-day flow),” ujar Jon Hill, Strategis Suku Bunga di BMO Capital Markets, New York seperti dikutip Reuters, Rabu (17/10).

Dia memaparkan bahwa berkurangnya obligasi AS yang dipegang China pada Agustus bertepatan dengan terjadinya volatilitas di emerging market dan depresiasi renminbi pada pertengahan Agustus.

Adapun, pada bulan tersebut, tensi dagang antara AS dan China semakin memanas akibat pemberlakuan tarif dari AS yang menutup prospek kembalinya dua negara dengan ekonomi terkuat itu ke meja perundingan.

“Tetapi tampaknya China tidak menggunakan kepemilikan obligasi AS-nya sebagai senjata hanya karena penurunan kecil dan berkurangnya sentimen di pasar,” imbuh Hill.

Sementara itu, Thomas Simons, ekonom di Jefferies LLC, menilai berkurangnya kepemilikan China atas obligasi AS tersebut dapat terus berlanjut seiring dengan memburuknya hubungan dagang antara China dan AS.

“Kepemilikan [China terhadap obligasi AS] telah turun selama 3 bulan terakhir dan dapat terus berkurang seiring dengan memburuknya perang dagang dan hubungan AS dan China, sehingga mengurangi selera [China] untuk surat berharga [AS],” tulis Simons dalam sebuah catatan tidak lama setelah Depkeu AS merilis data tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Nicken Tari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper