Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah berencana meningkatkan ekspor hasil perikanan berlabel halal ke negara-negara Timur Tengah menyusul tingginya potensi serapan akibat jumlah penduduk berusia muda yang besar di kawasan tersebut.
Direktur Pemasaran Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (DJPDSKP KKP) Machmud menyebutkan perluasan pemasaran hasil perikanan asal Indonesia ke Timur Tengah diprediksi bisa terealisasi sejalan dengan musim haji tahun depan.
"Yang jelas [potensinya ]sangat menjanjikan karena pertumbuhan penduduknya tinggi dan penduduknya adalah penduduk muda. [Usia penduduk ]Jepang rata-rata sudah 46 tahun, Uni Eropa juga. Timur tengah itu tingkat kelahirannya tinggi, penduduknya kebanyakan masih muda," jelasnya, Selasa (16/10).
Adapun produk perikanan berlabel halal yang akan diekspor antara lain patin beku dan tuna kaleng.
Selama ini, menurutnya, Indonesia memang telah melakukan ekspor ikan tuna dalam kemasan kaleng. Hanya saja, kinerja ekspor Indonesia ke Timur Tengah masih kalah jauh dibandingkan Thailand yang menguasai 71% pasar impor Timur Tengah untuk produk TTC (tuna, tongkol, cakalang).
Adapun nilai impor TTC kaleng Timur Tengah sepanjang 2017 tercatat mencapai US$596 juta.
Sementara itu, impor patin Timur Tengah saat ini dikuasai oleh Vietnam dengan pangsa pasar 61% dari total nilai impor patin sebesar US$79 juta walaupun mengalami penurunan sekitar 10% dalam 4 tahun terakhir. Indonesia hingga saat ini belum mencatatkan ekspor patin ke Timur Tengah.
Untuk mewujudkan target ini, KKP bersama sejumlah perusahaan perikanan asal Indonesia akan mengikuti dua perhelatan atau pameran yang masing-masing diadakan pada Oktober di Dubai dan November di Jeddah.
"Yang kita promosikan adalah berkaitan dengan catfish (patin). Kita coba untuk brand kita masuk ke sana. [Untuk tahap awal] patin dulu kalau misalkan canned [ikan kalengan] masuk lebih bagus," katanya.
Selain mengikuti sejumlah pameran, pihaknya juga akan melakukan pendekatan dan konsultasi dengan para importir di Timur Tengah terkait impor produk perikanan halal ke negara tersebut, serta mempertimbangkan metode trading house seperti yang dijalankan Thailand.
"Kita masih kalah dengan Thailand. Mereka punya buyer di sana. Bahkan mereka itu menaruh orang Thailand di sana. Jadi, kita akan coba ini, buyer di sana orang Indonesia juga. Thailand seperti itu, dari Thailand ke [pihak] Thailand juga, di sana baru ke distributor," jelasnya.
Selain keterikatan dengan para buyer atau importir, kendala lain yang dihadapi produk asal Indonesia adalah harga yang kalah bersaing. Untuk itu, pihaknya juga akan melakukan pengecekan harga terkini guna memutuskan langkah berikut yang harus diambil.