Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Peternak Layer Nasional (PLN) mengambil keputusan untuk mengafkir dini 33 juta ayam layer pada Oktober. Dengan begitu ada kemungkinan produksi telur akan berkurang dan harga akan naik.
Ketua Asosiasi Peternak Layer Nasional (PLN) Musbar Mesdi mengatakan sejak akhir September lalu kelompoknya bersepakat untuk mengurangi 15% dari 220 juta populasi ayam layer. Alasannya sederhana, yakni harga jual telur Rp15.000 per kg sedangkan biaya produksinya menyentuh angka Rp18.000 per kg. Sementara harga jual di pasar becek dapat lebih tinggi dari ketetapan harga eceran tertinggi (HET) yakni Rp23.000 per kg—Rp24.000 per kg.
"Kami sudah mengafkir 15% populasi ayam layer tapi belum [berhenti disitu], mungkin bisa lebih banyak lagi. Saya perkirakan sampai akhir Oktober kita bisa kehilangan suplai telur 20%," katanya pada Rabu (10/10).
Opsi afkir diambil oleh peternak karena mereka memilih untuk tidak tersandera hutang dengan pengusaha pakan ternak. Lagipula belum ada titik terang kapan harga jual telur di tingkat peternak akan kembali normal.
Menurutnya, ada kemungkinan pada Desember harga telur dapat meroket sampai Rp40.000 per kg rekor tertinggi kenaikan harga selama ini.