Bisnis.com, DENPASAR – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengingatkan lifting (produksi siap jual) minyak yang tak tercapai dan terus menurun cukup mengganggu pemulihan rupiah.
Menurut dia, momentum ekonomi Indonesia terus menguat. Itu terlihat dari perbankan yang menunjukkan kinerja positif dengan penyaluran kredit yang naik dari 6% menjadi 11% per tahun sejak 2008. Capital Ratio juga berada di atas 22%, dan NPL yang dibawah 2,7% hingga semester I/2018.
“Jadi ekonomi momentum positif dan menguat, namun permintaan impor melonjak tinggi, produksi minyak tidak menunjukkan perbaikan, padahal permintaannya tinggi,” katanya di Denpasar, Bali Selasa (18/9/2018) sore
Menurut dia, saat ini migas lifting minyak mengalami penurunan hingga 35% dibandingkan kondisi 12 tahun lalu. Adapun lifting migas sejak 12 tahun lalu dari volume 1 juta barel per hari (BOEPD) menjadi 750 barel per hari (BOEPD).
“Oleh karena itu kalau kita lihat situasi hari ini tantangan kita bagaiamana menjaga memomentum pertumbuhan ekonomi namun dengan neraca pembayaran terutama bidang perdagangan ekspor minus impor menurun,” katanya.
Di lain sisi, Amerika Serikat juga terus menaikkan suku bunga. Selain itu likuditas dollar terus diperketat.
Menurut dia, kondisi ini membuat pihaknya melakukan sejumlah kebijakan fiskal dan moneeter. Selain menurunkan impor migas, pihaknya juga akan meningkatkan eskpor segala komoditi. Insentif untuk investasi juga akan semakin ditingkatkan sehingga perekonomian Indonesia bisa aman dari goncangan ekonomi dunia yang terjadi saat ini.