Bisnis.com, JAKARTA--Produsen tepung terigu menaikkan harga jual menyusul tren pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Bahan baku tepung terigu, yaitu gandum, masih 100% diimpor, terutama dari Australia.
Ratna Sari Loppies, Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo), mengatakan harga tepung terigu hanya dipengaruhi oleh nilai tuar dan harga gandum internasional. Faktor lain, seperti kenaikan upah minimum dan tarif energi tidak bakal mempengaruhi harga tepung terigu.
"Saat ini faktor itu sudah terjadi, pelemahan rupiah terhadap dolar AS dan kenaikan harga gandum. Produsen sudah menaikkan harga," ujarnya Senin (17/9/2018).
Harga gandum saat ini dalam kondisi naik karena faktor kekeringan di beberapa negara bagian Australia. Selain itu, negara pengekspor gandum yang lain, seperti Rusia, mengeluarkan kebijakan untuk mengenakan bea keluar untuk menjaga pasokan dalam negeri karena musim kemarau.
Kendati demikian, Ratna menyatakan pihak asosiasi tidak memiliki data mengenai besaran kenaikan harga tersebut. Menurutnya, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) melarang asosiasi untuk memantau harga.
Franciscus Welirang, Ketua Aptindo, juga menyatakan hal senada mengenai dampak pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
"Harga tepung terigu pasti menyesuaikan dengan kondisi yang ada," ujarnya singkat ketika dihubungi.
Saat ini, di Indonesia terdapat 25 perusahaan tepung terigu dengan kapasitas terpasang sebesar 11,8 juta ton per tahun. Sepanjang tahun lalu, konsumsi tepung terigu tercatat sebesar 6,22 juta ton yang terdiri dari produksi domestik sebesar 6,21 juta ton dan impor sebesar 8.591 ton.
Konsumsi tersebut tumbuh 5,43% dibandingkan tahun sebelumnya. Segmen usaha kecil dan menengah (UKM) menjadi penyerap tepung terigu utama dengan kontribusi sebesar 66%, sisanya diserap oleh industri besar.