Bisnis.com, JAKARTA— Provinsi Sumatra Utara berharap bisa menurunkan emisi gas rumah kacanya hingga sebesar 10% pada 2020 nanti.
Hal ini disampaikan oleh Kasie Kajian Dampak Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumatra Utara Panusunan Harahap pekan lalu di Kementerian Lingkungan Hidup dan kehutanan. Dia mengakui bahwa rencana ini masih jauh dari target yang ditetapkan yakni sebesar 29% sampai 2030.
“Kami sih berharap begitu [10% pada 2020]. [Memang masih jauh [dari target] tapi ada niatan walaupun tidak ada bantuan dari luar,” katanya belum lama ini.
Saat ini menurutnya, progres penurunan emisi gas rumah kaca di Sumatra Utara telah mencapai hampir 7%. Kendati demikain, dia tidak menyebutkan lebih detail terkait besara penurunan tersebut.
Adapun sejumlah upaya yang telah dilakukan oleh daerah dalam membantu merealisasikan capaian ini adalah dengan pemilihan bibit tanaman padi yang tidak menggunakan pestisida atau pupuk buatan.
“Ada percontohannya, sudah dimulai. Itu kan mengurangi juga CO2 ke udara,” katanya.
Adapula gerakan lain seperti hari bebas kendaraan atau car free day. Namun, untuk kegiatan ini, menurutnya belum bisa dilakukan secarra reguler seperti yang ada di Jakarta dan sejumlah lokasi lainnya.
Hal penting yang perlu di dorong ke depan menurut Panusuanan adalah penggunaan transportasi massal di Sumatra Utara. Sleain mengurai kemacetan, penggunaan transportasi massal juga disebut bisa mengurangi pelepasan CO2 ke udara. Namun, hal tersebut diakuinya memang tidak gampang.
“Mebidang jumlah kendaraannya hanya sedikit, cuma 10 unit, susah lah. Orang masyarakat setiap saat kalau bisa lewat dia dan jamnya juga harus pas. Kemudian nyaman nggak ada copet, harusnya dijaga. Hal begitulah, kecil tapi pengaruhnya cukup besar,” ungkapnya.
Adapun sejumlah program pemerintah dengan sokongan dana APBN yang juga disebut telah berkontribusi dalam usaha ini yakni penanaman kembali lahan hutan yang gundul serta lahan-lahan lain di luar kawasan hutan. Sejauh ini, aksi reboisasi telah dilakuakn di sejumlah kabupaten seperti Kabupaten Karo, Langkat, juga wilayah di sekitar Danau Toba.
Dia menyebutkan, saat ini banyak hutan di Sumatra yang tampaknya rimbun tetapi sebenarnya telah mengalami kegundulan sehingga penanaman kembali menjadi sangat penting.