Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AirAsia Indonesia Dorong Relaksasi Kepemilikan Modal Asing

AirAsia Indonesia berharap pemerintah bisa memberikan relaksasi terhadap investasi modal asing di sektor penerbangan dari porsi saat ini yang sebesar 49%.
Ilustrasi Air Asia./Reuters
Ilustrasi Air Asia./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA -- AirAsia Indonesia berharap pemerintah bisa memberikan relaksasi terhadap investasi modal asing di sektor penerbangan dari porsi saat ini yang sebesar 49%.
 
Head of Government Relations Airasia Indonesia Eddy Krismeidi mengatakan saat ini sudah ada beberapa negara di kawasan Asean yang membuka kepemilikan modal asing hingga 100%. Negara yang dimaksud adalah Kamboja dan Myanmar.
 
"Beberapa maskapai juga sudah ekspansi ke negara lain di Asean, contohnya Lion Air Group dan Scoot. Kelonggaran untuk memasukkan modal asing menjadi concern kami," ungkapnya dalam Focus Group Discussion (FGD) yang diadakan Bisnis, Rabu (5/9/2018).
 
Namun, tambah Eddy, Indonesia yang membuka kepemilikan modal asing hingga 49% dinilai sudah lebih moderat dibandingkan dengan negara lain di Asean. Salah satunya adalah Filipina yang hanya membuka sebesar 40%.
 
Segmentasi penumpang AirAsia Indonesia, lanjutnya, mayoritas adalah wisatawan. Penumpang maskapai berbiaya hemat (Low Cost Carrier/LCC) tersebut juga sangat sensitif terhadap harga.
 
Maskapai asal Malaysia itu juga mendorong pemerintah untuk mengembangkan terminal penumpang khusus maskapai LCC (Low Cost Carrier Terminal/LCCT) di beberapa bandara, khususnya Jakarta. Terminal tersebut dinilai mampu mendukung efisiensi biaya yang dilakukan oleh maskapai karena tarif yang dipatok berbeda jika dibandingkan dengan bandara konvensional.
 
Di sisi lain, perhatian AirAsia Indonesia juga diarahkan terhadap tarif Pelayanan Jasa Penumpang Pesawat Udara (PJP2U) atau Passenger Service Charge (PSC). 
 
"PSC penerbangan internasional di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta mencapai Rp230.000, sedangkan basic fare rute ke Singapura kami hanya Rp500.000. Itu hampir 1/3 dari komponen tarif penerbangan," terang Eddy.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Annisa Margrit

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper