Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Selalu Menghijau 3 Tahun Terakhir, Kini PLN Memerah Kembali

Setelah mencetak laba dalam 3 tahun terakhir (2015—2017), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) mencatatkan kerugian Rp5,35 triliun pada semester I/2018.
Direktur Utama PT PLN Sofyan Basir, usai menjalani pemeriksaan di gedung KPK, Jakarta, Jumat (20/7/2018)./ANTARA-Dhemas Reviyanto
Direktur Utama PT PLN Sofyan Basir, usai menjalani pemeriksaan di gedung KPK, Jakarta, Jumat (20/7/2018)./ANTARA-Dhemas Reviyanto

Bisnis.com, JAKARTA — Setelah mencetak laba dalam 3 tahun terakhir (2015—2017), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) mencatatkan kerugian Rp5,35 triliun pada semester I/2018.

Padahal, pada semester I/2017, perseroan itu mencetak laba bersih Rp2,02 triliun akibat kenaikan harga energi primer, seperti batu bara, gas bumi, dan Solar.

Kerugian PLN pada paruh pertama tahun ini juga disebabkan oleh rugi kurs rupiah terhadap dolar AS.

Tahun lalu laba bersih yang dicapai perseroan  hanya mencapai Rp4,42 Triliun. Lebih rendah atau turun 45,7% dibandingkan perolehan laba pada tahun sebelumnya, yakni mencapai Rp8,15 Triliun. Laba perseroan pada 2015 mencapai Rp15,6 triliun.

Namun, PLN masih berpotensi mencetak laba hingga akhir tahun ini jika kinerja perseroan selama semester II/2018 semakin membaik.

Berdasarkan laporan keuangan PLN, pendapatan usaha perseroan pada semester I/2018 mencapai Rp131,5 triliun atau tumbuh 7,43% dari realisasi periode yang sama tahun lalu Rp122,4 triliun.

Pendapatan terbesar berasal dari penjualan listrik yang naik sebesar 7,37% menjadi Rp127,16 triliun. Pendapatan lain berasal dari penyambungan pelanggan baru senilai Rp3,54 miliar dan lain-lain.

Beban usaha PLN juga tercatat meningkat 9,34% menjadi Rp142,43 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp130,25 triliun.

Beban usaha terbesar PLN berasal dari pembelian bahan bakar dan pelumas yang mencapai Rp64,66 triliun.  Rata-rata pengeluaran untuk pembelian bahan bakar pada semester I/2018 ini mengalami kenaikan. 

Untuk beban pembelian batu bara naik 29,4% menjadi Rp22 triliun dibandingkan dengan semester I/2017 menjadi Rp17 triliun. 

Kemudian beban pembelian Solar meningkat dari Rp9 triliun menjadi Rp11 triliun, sedangkan gas meningkat menjadi Rp26 triliun dari sebelumnya Rp23 triliun.

Direktur Regional Jawa Bagian Tengah PLN Amir Rosidin mengatakan, kerugian yang dialami PLN pada semester I/2018 tersebut lebih disebabkan adanya pelemahan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. 

Dengan adanya selisih antara asumsi APBN 2018 kurs Rp13.400 dengan nilai tukar saat ini sekitar Rp14.600 per dolar AS, rugi kurs PLN sebesar Rp11,57 triliun. Pada periode yang sama tahun lalu, rugi kurs hanya sebesar Rp222 miliar.

"Semester I kalau laba operasi kami untung sekitar Rp7 triliun. Dengan selisih kurs kami hitung rugi kurs Rp11 triliun—Rp12 triliun. Karena pinjaman PLN kan langsung.  Itu diakumulasikan sehingga bottom line rugi Rp5,3 triliun," ujarnya, Rabu (29/8).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper