Bisnis.com, JAKARTA -- Indonesia pernah menjadi anggota Organization Petroleum Exporting Countries atau OPEC pada periode 1962 sampai 2008. Kala itu, produksi minyak Indonesia lebih tinggi ketimbang konsumsi sehingga bisa disebut sebagai negara eksportir minyak.
Namun, lambat laun, konsumsi energi fosil dari minyak mentah Indonesia terus meningkat, sedangkan produksi malah stagnan dan cenderung menurun. Akhirnya, Indonesia mengimpor minyak dan berstatus net importir sejak 2003.
Pada 2008, Indonesia pun mengajukan pembekuan status keanggotan di OPEC karena sudah menjadi importir minyak.
Enam tahun berselang atau pada 2014, Indonesia sempat kembali aktif menjadi anggota OPEC. Namun, pada 2016, Indonesia kembali mengajukan status suspensi keanggotaan ke OPEC setelah keberatan dengan hasil sidang yang memutuskan pemangkasan produksi.
Di luar cerita keanggotaan OPEC Indonesia itu, Bisnis Indonesia pernah mencatat sejarah ekspor Liquified Petroleum Gas (LPG) perdana Indonesia ke Jepang tepat pada 1 Agustus 1988.
Kala itu, Direktur Utama Pertamina Abdul Rachman Ramly berencana melepas ekspor perdana LPG ke Jepang di Pelabuhan Khusus Arun, Lhoksumawe.
Baca Juga
Pertamina mengirimkan ekspor LPG ke Jepang dengan kapal tanker khusus yakni, Pine Quin.
Perusahaan pelat merah itu memiliki kontrak kerja sama selama 10 tahun dengan tujuh perusahaan Jepang terkait ekspor LPG. Kerja sama itu ditanda tangani pada 15 Juli 1987 di Jakarta, tetapi implementasi ekspor LPG baru dilakukan setahun kemudian.
Pada perjanjian itu, Jepang bakal mengimpor 1,95 juta ton LPG dari Indonesia per tahun. Nantinya, pasokan LPG itu bakal diambil sebanyak 1,6 juta ton dari Arun, Aceh, dan sisanya bakal diambil dari kilang LPG di Bontang, Kalimantan Timur.
Staf Ahli Direktur Utama Pertamina Warga Dalam mengatakan, ekspor perdana ke Jepang itu membuat Indonesia menjadi negara eksportir LPG terbesar di kawasan Pasifik Barat pada 1988.
"Indonesia menjadi pemasok 25% kebutuhan LPG Jepang," ujarnya.
Produksi LPG Naik
Dia juga optimistis Indonesia bisa memproduksi LPG hingga 3,5 juta ton per tahun pada beberapa tahun ke depan.
"Selain dari Arun dan Bontang, LPG kami juga dihasilkan oleh kilang Arjuna dan Santan. Kedua kilang itu bisa memproduksi LPG sebesar 800.000 per tahun," ujarnya.
Di sisi lain, saat itu komplek Arun juga tengah dibangun tiga unit kilang LPG baru dan satu unit lagi di daerah Arun Gas Field, serta empat tanki penyimpanan LPG berkapasitas 875.000 barel.
Selain ke Jepang, Pertamina juga berencana meningkatkan ekspor ke Singapura. Kala itu, Singapura menempati peringkat kedua importir LPG dari Indonesia setelah dikirimkan sebanyak 20.000 ton pada 1985 dan 1986.