Bisnis.com, JAKARTA--Industri batik nasional berpotensi untuk terus berkembang di pasar global.
Gati Wibawaningsih, Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian mengatakan nilai perdagangan produk pakaian jadi dunia yang mencapai US$442 milyar menjadi peluang besar bagi industri batik untuk meningkatkan pangsa pasarnya, mengingat batik sebagai salah satu bahan baku produk pakaian jadi.
“Saat Indonesia menjadi market leader yang menguasai pasar batik dunia. Persaingan dengan Malaysia, Cina dan Singapura yang juga memproduksi batik perlu diwaspadai agar tidak menggeser posisi daya saing batik nasional. Untuk itu, perlu menjaga dan melestarikan nilai budaya batik dengan penguatan branding dan perlindungan Hak Kekayaan Intelektual,” ucap Gati dalam keterangan resmi, Selasa (14/8/2018).
Kemenperin sendiri menetapkan industri fesyen sebagai salah satu industri prioritas yang terus dikembangkan. Pada 2017, kinerja ekspor industri fesyen meningkat 8,7% dan mencapai US$13,29 milyar.
Pencapaian ini disambut positif oleh pemerintah, pasalnya hal ini menunjukkan industri fesyen nasional memiliki daya saing yang tinggi di pasar internasional dan telah memberikan kontribusi terhadap PBD nasional sebesar 3,76%.
Sebagai salah satu pendukung industri fesyen, batik menjadi kekuatan yang penting bagi industri kecil dan menengah (IKM) fesyen nasional. Sampai saat ini diketahui industri batik didominasi oleh IKM yang tersebar di 101 sentra, sebagian besar tersebar di Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, dan D.I Yogyakarta.
Kekuatan budaya yang terkandung pada kain batik mampu meningkatkan nilai tambah produk fesyen sehingga sangat berperan penting bagi perekonomian nasional. Sebagai market leader, Indonesia telah menguasai pasar batik dunia serta telah menjadi penggerak perekonomian di regional maupun nasional.
Tak hanya itu, industri batik telah menyediakan ribuan lapangan kerja dan menyumbang devisa negara.
Kemenperin mencatat nilai ekspor batik dan produk batik sampai pada 2017 mencapai US$58,5 juta dengan pasar utama Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa.
Sementara itu, bertepatan dengan peringatan Hari Kemerdekaan RI yang ke-73, Anne Avantie kembali menggelar Pasar Tiban di Atrium 2 Lippo Mall Puri pada tanggal 14-19 Agustus 2018 yang diberi tema “Sekali Merdeka Tetap Merdeka”.
Dalam acara tersebut, Kemenperin memberikan apresiasi kepada Anne Avantie yang telah secara konsisten menggelar acara Pasar Tiban ini dengan melibatkan pada pelaku IKM.
Gati mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Anne Avantie sejalan dengan upaya pemerintah dalam mengembangkan industri fesyen tanah air. “Pasar Tiban yang digelar oleh Ibu Anne Avantie ini merupakan salah satu bentuk dukungan desainer terhadap upaya pemerintah dalam mengembangkann industri fesyen nasional dan hal ini perlu dicontoh oleh desainer lainnya,” tuturnya.
Pada setiap pagelaran Pasan Tiban, Anne Avantie selalu menggandeng para IKM dari berbagai daerah dalam rangka mendukung upaya pemerintah mengembangkan dan mempromosikan produk IKM khususnya IKM batik. Gati mengatakan, kegiatan seperti ini patut ditiru oleh para desainer lainnya karena kolaborasi desainer dan industri dapat menghasilkan produk yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan meningkatkan perekonomian nasional.
Menurut Gati sentuhan desainer mampu meningkatkan nilai ekonomi produk yang dihasilkan oleh para perajin. “Paduan etnik lokal pada produk fesyen menjadi salah satu identitas fesyen Indonesia. Industri fesyen tanah air memiliki comparative dan competitive advantage, produk fesyen kita memiliki kualitas yang baik dan mampu di terima di pasar internasional.
Saat ini Kemenperin terus berupaya mengembangkan industri batik nasional melalui berbagai program, antara lain peningkatan kompetensi SDM, pengembangan kualitas produk, standardisasi, fasilitasi mesin/ peralatan, serta pameran batik di dalam dan luar negeri.
“Program lainnya dalam hal penumbuhan wirausaha baru khususnya bagi IKM pemerintah memiliki program penguatan pendidikan vokasi industri fesyen yang tersertifikasi SKKNI, fasilitasi kemudahan KUR, restrukturisasi mesin/peralatan, fasilitasi promosi, pendampingan tenaga ahli desain, peningkatan kompetensi SDM serta penguatan branding produk fesyen untuk meningkatkan kecintaan konsumen pada produk dalam negeri,” katanya.