Bisnis.com, JAKARTA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meminta warga Turki untuk menjual emas dan dolar AS mereka setelah lira Turki jatuh.
Pada Jumat (10/8/2018), lira jatuh hingga 18%, penurunan terbesar sejak krisis ekonomi Turki pada 2001. Secara keseluruhan, lira sudah turun hingga 40% tahun ini.
"Jika Anda memiliki dolar AS atau emas di bawah bantalnya, Anda harus menukarkannya dengan lira di bank-bank kita. Ini adalah peperangan domestik, nasional," ujar Erdogan dalam sebuah pidato di hadapan masyarakat, seperti dilansir Reuters, Sabtu (11/8).
Dia melanjutkan ada beberapa negara yang melindungi orang-orang di balik upaya kudeta pada 2016 dan mengacuhkan hukum yang berlaku.
"Hubungan dengan negara yang bersikap seperti ini sudah mencapai titik yang tidak mungkin diselamatkan lagi," tegas Erdogan.
Dalam sebuah kolom di New York Times, yang diterbitkan Jumat (10/8) waktu setempat, dia juga menyatakan hubungan Turki dengan AS akan terancam kecuali Washington menghormati kedaulatan Turki.
Ankara ingin AS mengekstradisi Fethullah Gulen, ulama asal Turki yang diyakini menjadi dalang di balik upaya kudeta gagal dua tahun lalu. Gulen sudah lama mengasingkan diri di Negeri Paman Sam.
Sementara itu, AS ingin Turki memulangkan seorang pastor bernama Andrew Brunson yang dipenjara karena tudingan terorisme. Pemerintah Turki meyakini Brunson juga terlibat dengan upaya kudeta tersebut.
Di luar hubungan politik yang makin renggang meski keduanya sama-sama anggota NATO, situasi ekonomi Turki kini ikut terpengaruh.
Jatuhnya lira pada pekan ini terjadi usai Presiden AS Donald Trump menaikkan tarif impor produk metal dari negara tersebut. Melalui akun Twitter resminya, Trump menyatakan produk aluminium dari Turki akan dikenakan tarif 20% sedangkan baja 50%.
"Hubungan kami dengan Turki sedang tidak baik saat ini!" ujarnya.
Lira Jatuh, Erdogan Minta Warga Turki Jual Emas dan Dolar AS
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meminta warga Turki untuk menjual emas dan dolar AS mereka setelah lira Turki jatuh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium