JAKARTA – Tingkat upah pekerja di Jepang berhasil naik untuk pertama kalinya pada Juni sejak 21 tahun terakhir. Hal itu pun memberikan optimisme untuk pergerakan inflasi menuju target Bank Sentral Jepang (BOJ) di level 2%.
Menurut data Kementerian Ketenagakerjaan Jepang, tingkat upah pekerja Jepang menguat ke level 2,8% secara tahunan pada Juni, atau kenaikan pertamanya sejak Januari 1997. Adapun bulan lalu, tingkat upah pekerja Jepang hanya mencapai 1,3% secara tahunan.
Hal itu pun memberikan optimisme untuk BOJ yang telah berupaya mendorong inflasi agar mencapai 2%, menggunakan kebijakan moneter ultra-longgar sejak lima tahun terakhir.
Pekan lalu, BOJ telah memangkas perkiraan inflasinya karena pola pikir deflasi, yang membuat kenaikan harga sulit dilakukan, terlalu mengakar di dalam masyarakat Jepang.
Adapun data tersebut dirilis sebelum pengumuman data produk domestik bruto (PDB) Jepang pada Jumat (10/8/2018), yang diperkirakan mencapai 1,4% secara tahunan setelah terkontraksi pada awal tahun.
“Konsumsi akan tampil lagi setelah melemah di kuartal I/2018 dan akan menggerakkan pertumbuhan ekonomi,” kata Takeshi Minami, Kepala EKonom di Norinchukin Reseacrh Institute, seperti dikutip Reuters, Selasa (7/8/2018).
Minami menjelaskan, pertumbuhan ekspor yang masih stagnan tidak akan dapat mendorong ekonomi Jepang untuk saat ini. Namun, hal itu dapat ditutupi oleh kuatnya cadangan devisa dan konsumsi di dalam negeri.
Adapun tingkat konsumsi rumah tangga di Jepang pada Juni turun sebesar 1,2% dari tahun sebelumnya, atau penurunan untuk bulan kelima secara berturut-turut.
Namun, pelemahan kali ini lebih kecil daripada yang diperkirakan pasar sebesar 1,6% dan dari perolehan bulan sebelumnya sebesar 3,9%.
Data tersebut menunjukkan, pengeluaran untuk renovasi rumah mengalami penurunan sementara pengeluaran konsumen untuk minuman, pendingin ruangan, dan makanan meningkat karena cuaca panas pada bulan Juni.
“Pengeluaran rumah tangga terus menurun namun ada sinyal positif,” kata pejabat pemerintah yang melaporkan data tersebut.
Dia menambahkan, tingkat konsumsi kemungkinan akan terangkat pada Juli karena masyarakat mulai menggunakan dana bonus yang diterimanya pada akhir Juni.
Namun demikian, prospek bisnis Jepang tetap menghadapi ancaman dari eskalasi perdagangan dari AS yang kemungkinan bakal mengenakan tarif otomotif yang dapat membebani ekspor Jepang.
Selain itu, beberapa analis pun sebelumnya memperingatkan bahwa pertumbuhan ekonomi Jepang telah melewati puncaknya, setelah berekspansi sejak masa gelembung ekonomi pada 1980.