Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Konsumsi Rumah Tangga Bisa Bertahan di Kisaran 5%

Konsumsi rumah tangga nasional diperkirakan akan tetap terjaga di level 5% pada sisa dua kuartal terakhir tahun ini. 
Susana di pasar tradisional di Jakarta./ JIBI-Abdullah Azzam
Susana di pasar tradisional di Jakarta./ JIBI-Abdullah Azzam
Bisnis.com, JAKARTA -- Konsumsi rumah tangga nasional diperkirakan akan tetap terjaga di level 5% pada sisa dua kuartal terakhir tahun ini. 
 
Kepala Ekonom PT Maybank Indonesia Tbk. Juniman  memperkirakan konsumsi rumah tangga hanya tumbuh di kisaran 5,02%-5,08% secara year-on-year (yoy) pada kuartal ketiga dan keempat tahun ini. 
 
Konsumsi rumah tangga dinilai sulit mencapai level 5,14% seperti pada kuartal II/2018 di tengah berbagai tantangan yanga da.
 
"Ke depannya agak berat kita lihat bisa 5,14% karena ke depannya ada banyak hambatan," tegasnya, Senin (6/8/2018). 
 
Pertama, momentum Lebaran dan Tunjangan Hari Raya (THR) yang sudah tidak ada. Kedua, dampak Pilpres 2019 baru terlihat di kuartal keempat dan kuartal pertama tahun depan.
 
Ketiga, dampak kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) akan mulai terasa pada kuartal ketiga dan keempat. Keempat, dampak dari pelemahan rupiah juga akan berpengaruh pada daya beli masyarakat. 
 
Oleh sebab itu, Juniman menyebutkan ada beberapa langkah yang harus ditempuh pemerintah agar daya beli masyarakat tetap terjaga melihat tantangan ke depannya. 
 
Pertama, inflasi harus terjaga agar daya beli tidak turun.
 
Kedua, pemerintah harus mampu menopang daya beli masyarakat menengah ke bawah. Pasalnya, daya beli masyarakat golongan tersebut rentan atas pelemahan suku bunga dan rupiah.
 
Caranya, dengan memastikan penyaluran bantuan sosial  (bansos) tidak terlambat. 
 
Ketiga, pemanfaatan windfall profit dari harga komoditas yang mendorong perbaikan ekonomi di beberapa pulau penghasil komoditas seperti Sumatra, Kalimantan, Sulawesi ,dan Papua harus diarahkan dengan baik. 
 
"Kita tahu masyarakat di luar Jawa sedang banyak uang, program properti bisa diarahkan ke sana. Minimal properti di luar Jawa akan tumbuh pesat," ungkapnya. 
 
Dengan cara ini, pemerintah dapat menjaga pertumbuhan ekonomi pada tahun ini. Dengan pertumbuhan sebesar 5,27% pada kuartal II/2018, pertumbuhan ekonomi nasional untuk keseluruhan tahun diproyeksi mencapai 5,2%.
 
Sementara itu, riset analis ForexTime Lukman Otunuga menyatakan prospek pertumbuhan sebesar 5,27% pada kuartal II/2018 akan menjadi dorongan dan menunjukkan ketahanan ekonomi Indonesia dalam menghadapi ketegangan perang dagang. 
 
Namun, dia mengingatkan peningkatan tensi perang dagang merupakan tantangan bagi ekonomi Tanah Air. Pasalnya, kondisi ini dapat mempengaruhi permintaan pasar luar negeri atas beberapa komoditas penting.
 
Selain itu, pelemahan rupiah sebesar 6,31% secara year-to-date (ytd) terhadap dolar AS dapat mendorong BI melanjutkan pengetatan suku bunga acuannya.
 
"Angka ini mungkin memberikan sentimen bullish, [tetapi] pasar akan melihat dengan hati-hati apakah momentum pertumbuhan ini berlanjut," tutur Lukman. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hadijah Alaydrus
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper