Bisnis.com, JAKARTA--Konglomerasi asal Thailand Siam Cement Group (SCG) membukukan laba sebelum diaudit senilai Rp10,69 triliun (US$782 juta) selama semester I/2018.
Roongrote Rangsiyopash, Presiden dan CEO SCG, mengatakan laba tersebut berasal dari pendapatan penjualan SCG senilai Rp102,90 triliun (US$7,52 miliar), naik 6% secara tahunan. Kenaikan ini didorong harga bahan kimia yang tinggi.
"Walaupun pendapatan penjualan naik, laba untuk semester I/2018 turun 19% y-o-y menjadi Rp10,69 triliun (US$ 782 juta), disebabkan oleh penurunan laba atas penjualan investasi," ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (31/7/2018).
Pendapatan terdaftar dari penjualan pada kuartal II/2018 senilai Rp52,41 triliun (US$ 3,77 miliar), meningkat sebesar 11%y-o-y dan 2% q-o-q karena peningkatan volume penjualan dan harga dari sebagian besar kegiatan bisnis. Sementara itu, laba pada periode ini mengalami penurunan sebesar 6% menjadi Rp5,39 triliun (US$ 389 juta) dibandingkan tahun lalu.
Penurunan ini disebabkan oleh kinerja yang menurun dari bisnis bahan kimia dan pendapatan dividen yang menurun dari bisnis investasi. "Laba dari hasil QII/2018 masih tetap sama dengan kuartal sebelumnya, karena didukung oleh dividen musiman mitra di bisnis-bisnis lain, meskipun permintaan musiman pada bisnis semen dan bahan bangunan menurun," ujar Roongrote.
Selain itu, pendapatan dari ekspor untuk semester pertama 2018 meningkat karena keuntungan tidak berulang dalam penjualan investasi pada tahun sebelumnya, yang disebabkan oleh peningkatan nilai mata uang baht Thailand serta naphtha costs.
Pendapatan ekspor untuk paruh pertama tahun ini mencapai Rp28,02 triliun (US$2,04 miliar) atau 27% dari pendapatan gabungan dari penjualan yang tetap. Kondisi ini tidak berubah jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu.
SCG telah mengambil langkah-langkah strategis untuk memperkuat core bisnis dan mempertahankan kelanjutan ekspansi di wilayah Asean. Langkah yang telah dilakukan antara lain mendorong terintegrasinya teknologi digital dengan beragam produk serta platform ritel modern untuk mampu memenuhi tuntutan pelanggan yang kian meningkat.
Selain itu, SCG juga melakukan ekspansi bisnis logistik ke wilayah Cina selatan, seraya terus memberikan dukungan penuh pada inovasi, produk dan layanan bernilai tambah tinggi. Upaya ini merupakan usaha perusahaan untuk mendorong pertumbuhan berkelanjutan perusahaan di masa depan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat luas.
Untuk kinerja SCG di Asean (kecuali Thailand), pendapatan dari penjualan di Q2/2018 tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 15% y-o-y, senilai Rp13,06 triliun (US$941 juta), yang merupakan 25% dari total pendapatan SCG dari penjualan. Ini termasuk penjualan dari kedua kegiatan operasional lokal di setiap pasar di wilayah Asia Tenggara dan impor dari Thailand.
Per 30 Juni 2018, total aset SCG mencapai Rp254,36 triliun (US$17,81 miliar), sedangkan total aset SCG di Asean (kecuali Thailand) sebesar Rp63,39 triliun (US$4,43 miliar), di mana 25% berasal dari total konsolidasi aset SCG.