Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dubes Priyo Iswanto: Ada Peluang untuk Produk Manufaktur di Kolombia

Untuk produk manufaktur, masih ada ruang bagi produk Indonesia untuk masuk ke pasar Kolombia karena keunggulan komparatif dan kompetitif. Justru yang menjadi tantangan adalah bagaimana bersaing dengan produk-produk serupa yang berasal dari negara-negara sahabat dari Asia seperti Malaysia, Vietnam, Bangladesh, dan lain-lain.
Duta Besar Priyo Iswanto (kedua dari kiri) menjadi salah satu peraih penghargaan Francisco de Paula SantanderS Law And Democracy Award di Markas Besar Akademi Kepolisian Nasional Kolombia, Bogota, 23 Mei 2018.Foto:http://www.kemenlu.go.id
Duta Besar Priyo Iswanto (kedua dari kiri) menjadi salah satu peraih penghargaan Francisco de Paula SantanderS Law And Democracy Award di Markas Besar Akademi Kepolisian Nasional Kolombia, Bogota, 23 Mei 2018.Foto:http://www.kemenlu.go.id

Bisnis.com, JAKARTA — Kolombia menjadi salah satu negara penting dalam diplomasi Indonesia di kawasan Amerika Selatan. Sebagai negara dengan ekonomi terbesar keempat di kawasannya, Kolombia sangat tertarik untuk bisa meningkatkan hubungan dengan Indonesia. Untuk menggali peluang bisnis dan kerja sama, Bisnis Indonesia mewawancarai oleh Priyo Iswanto, Duta Besar RI untuk Republik Kolombia, Saint Kitts & Nevis, dan Antigua & Barbuda. Berikut kutipannya:

Hubungan diplomatik Indonesia dan Kolombia sangat dinamis dan telah terjalin cukup lama. Apa saja milestone penting dalam hubungan diplomatik kedua negara?

Antara Indonesia dan Kolombia telah menjalin hubungan diplomatik sejak 15 September 1980. Dalam kurun waktu tersebut telah berlangsung kunjungan tingkat kepala negara oleh Presiden Cesar Gaviria Trujillo pada 1992 dan Presiden Soeharto pada 1995.

Presiden Juan Manuel Santos pernah bertemu dengan Wapres Jusuf Kalla di Manila, Filipina pada 18 November 2015 di sela-sela Konperensi Tingkat Tinggi APEC guna membicarakan kontribusi Indonesia terhadap proses perdamaian di Kolombia.

Sebelumnya, Menlu RI Retno Marsudi mengunjungi Kolombia pada 6-8 Juli 2015 untuk memberikan dukungan bagi proses perdamaian di Kolombia. Kedua negara telah memiliki tujuh perjanjian bilateral antarnegara, kerja sama antara Kamar Dagang dan Industri kedua negara dan pada tataran teknis antara Kemlu telah menjalin Sidang Komisi Bersama sebagai sarana untuk meningkatkan kerja sama bilateral.

Hubungan yang telah berlangsung lama ini telah menjadi landasan yang kuat untuk terus mengembangkan kerja sama kedua negara. Kami berharap bisa terjadi kunjungan antarkepala negara di kemudian hari untuk mendorong peningkatan kerja sama.

Apa visi dan misi besar yang Anda inginkan untuk meningkatkan hubungan diplomatik?

Ketika pertama kali mendapat pemberitahuan untuk bertugas di Kolombia, yang muncul di benak saya adalah tantangan yang dimiliki oleh kedua negara yaitu jarak geografis yang jauh. Faktor jarak yang jauh ini berimplikasi logis pada biaya yang lebih tinggi dan waktu tempuh yang lebih lama.

Namun, melihat potensi yang dimiliki oleh kedua negara dan di Kolombia telah tercapai perdamaian, di mana jumlah penduduk cukup besar, hampir 50 juta dengan pendapatan per kapita US$16.216 , merupakan kekuatan ekonomi terbesar keempat di Amerika Latin, maka kedua negara memiliki potensi untuk berkembang baik di bidang ekonomi, politik dan sosial budaya.

Oleh karena itu, perlu mendekatkan dua bangsa yang berjauhan ini agar menjadi lebih dekat agar bisa saling mengenal lebih baik, prospek kerja sama yang lebih besar karena potensi yang dimiliki masing-masing, serta kepentingan dan keuntungan bersama.

Terus terang, saya ingin mendorong kerja sama kedua negara meningkat di semua sektor terutama sektor ekonomi sehingga kontribusi kedutaan berdampak langsung terhadap peningkatan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia.

Adakah amanat khusus dan harapan yang diberikan Kemlu ataupun pemerintah?

Setiap duta besar diberikan tugas-tugas secara khusus yang dituangkan dalam kertas misi. Tugas-tugas khusus seorang duta besar selalu mengacu pada misi pemerintah dan sekaligus penjabaran dari pelaksanaan misi pemerintah pada tingkat lapangan.

Kolombia dan Indonesia merupakan dua negara yang berada di garis khatulistiwa, sehingga memiliki kesamaan produk khususnya pertanian.

Bagaimana Anda melihat peluang kerja sama pada dua negara yang produknya hampir sama?

Pada beberapa produk, khususnya pertanian dan mineral, kedua negara memiliki kesamaan produk. Namun, untuk produk manufaktur, masih ada ruang bagi produk Indonesia untuk masuk ke pasar Kolombia karena keunggulan komparatif dan kompetitif. Justru yang menjadi tantangan adalah bagaimana bersaing dengan produk-produk serupa yang berasal dari negara-negara sahabat dari Asia seperti Malaysia, Vietnam, Bangladesh, dan lain-lain.

Data perdagangan terakhir menunjukkan bahwa Kolombia mengurangi impor dari seluruh mitra dagangnya. Namun, di antara negara-negara Asia Tenggara lainnya, Vietnam merupakan negara yang paling kecil mengalami penurunan impor. Saat dilihat lebih rinci, impor tersebut dikuasai oleh telepon genggam yang terdorong oleh keberadaan pabrik ponsel asing di Vietnam, serta ongkos tenaga kerja Vietnam yang lebih murah.

Jika melihat data Kemendag, Indonesia mengalami surplus dengan Kolombia yang ditopang oleh sektor non migas. Namun, sejak 2015 ada semacam tren penurunan perdagangan dengan Kolombia.

Bagaimana Anda melihat kinerja perdagangan Indonesia dan Kolombia? Adakah peluang baru kerja sama ekonomi dan perdagangan kedua negara?

Neraca perdagangan kedua negara memang menurun pada 2015 dan 2016 karena beberapa hal, terutama iklim ekonomi global yang cenderung lesu yang berakibat pada menurunnya tingkat pertumbuhan ekonomi dan permintaan pasar. Namun, pada tahun 2017 volume perdagangan naik 3,94% karena impor yang naik dari pihak Indonesia.

Pada 2017, tercatat semua impor oleh Kolombia mengalami penurunan rata-rata 45% . Meskipun impor Indonesia dari Kolombia mengalami kenaikan tetapi surplus secara signifikan 76%, masih dinikmati oleh Indonesia.

Melihat total perdagangan sektor industri strategis yang diproduksi, Indonesia memiliki peluang untuk mengisi peningkatan kerja sama ekonomi dan perdagangan kedua negara. Demikian juga sektor bisnis yang berkaitan dengan teknologi informasi memiliki peluang untuk mengisi pangsa pasar yang masih terbuka.

Sektor lain yang masih bisa berkembang adalah menarik wisatawan dari Kolombia ke Indonesia. Meskipun masih memerlukan visa untuk masuk ke Indonesia, tahun lalu jumlah warga Kolombia yang mengajukan aplikasi visa meningkat 36%.

Sektor apa saja yang berpeluang untuk digarap oleh badan usaha asal Indonesia di Kolombia atau sebaliknya? Bagaimana strategi Anda mendorong kerja sama badan usaha kedua negara?

Sektor swasta di Kolombia yang bergerak di bidang kesehatan tertarik untuk mengembangkan kerja sama di bidang kesehatan di Indonesia. Untuk Kolombia sendiri sedang menggalakkan pembangunan infrastruktur dan pertanian dan kedua sektor ini terbuka untuk kerja sama dari pihak luar.

Kolombia menyebut ingin belajar dari Indonesia khususnya pada produksi sawit. Adakah peluang kerja sama yang bisa ditingkatkan pada sektor ini? Bagaimana dengan produk pertanian lainnya?

Kolombia adalah penghasil kelapa sawit terbesar keempat di dunia, setelah Indonesia, Malaysia dan Thailand. Raksasa kelapa sawit semua berasal dari Asia, tetapi Kolombia yang memiliki lahan kelapa sawit 600.000 ha dan produksi 1,6 juta ton/tahun (2017) memiliki potensi yang sangat besar untuk mengembangkan industri kelapa sawit karena di Kolombia masih terdapat lahan pertanian seluas 40 juta ha dan baru tergarap 8 juta (20%) dari lahan keseluruhan.

Tantangan yang dihadapi adalah meningkatkan produktivitas kelapa sawit. Penguatan sektor kelapa sawit oleh Kolombia akan berdampak positif bagi penguatan posisi produsen kelapa sawit menghadapi pasar minyak sawit yang sedang menghadapi diskriminasi di Eropa dan Amerika. Sektor ini juga bermanfaat untuk menyumbangkan penyerapan tenaga kerja dan pengembangan daerah pedesaan sebagai bagian dari resolusi pasca konflik di Kolombia.

Kolombia juga tergabung dalam aliansi pasifik Aliansi Pasifik bersama Chile, Meksiko, dan Peru. Bagaimana Anda melihat peluang kerja sama dengan Aliansi Pasifik ini, apa saja peluang dan tantangannya?

Aliansi Pasifik yang terdiri dari Chile, Kolombia, Meksiko, dan Peru, merupakan blok sub-kawasan yang relatif baru lahir tampak tumbuh dinamis dan akan menambah luasan pasar untuk kawasan Asia dan Pasifik.

Saat ini AP memiliki fokus pada tiga hal, antara lain ekonomi perdagangan, kerja sama terkait migrasi, dan keuangan. Indonesia sebagai negara pengamat dapat mengambil manfaat dalam interaksi dengan salah satu negara anggota AP. Dalam konteks kerja sama antarkawasan, Asean juga memiliki kerangka dan skema kerja sama dengan AP khususnya di sektor ekonomi, pedidikan, iptek, dan pembangunan berkelanjutan.

Boleh diceritakan bagaimana Kolombia memandang Indonesia. Bagaimana cara Anda memperkenalkan Indonesia dan pariwisatanya di Kolombia?

Semakin banyak warga Kolombia yang tahu tentang profil Indonesia dan di mana letaknya. Memang perlu komunikasi proaktif dan memanfaatkan setiap kesempatan untuk mempromosikan Indonesia dengan mengedepankan keindahan dan nilai lebih yang dimiliki.

Melalui berbagai temu muka dengan mahasiswa dan dosen di kampus, diskusi dan seminar dengan para ahli dan akademisi. Aktif hadir merepresentasikan Indonesia pada setiap kesempatan dan interaksi dengan media massa merupakan kegiatan yang efektif untuk mempromosikan Indonesia.

Dalam survei citra Indonesia kepada masyakarat Kolombia yang terakhir kami lakukan pada Desember 2017, sebanyak 549 dari 614 responden atau 89,4% menyatakan positif bahwa Indonesia merupakan negara demokratis, bermasyakarat toleran dan dan memiliki ekonomi kuat.

Selain itu, 573 responden dari 614 atau 93,32% responden menyatakan bahwa Indonesia terkenal dengan keberagaman dan kekayaan budayanya. Kemudian, 554 responden dari 614 atau 90,2% responden menyatakan bahwa Indonesia memiliki produk berkualitas baik/tinggi.

Adakah harapan khusus dari pemerintah Kolombia kepada Indonesia?

Indonesia dan Kolombia adalah negara sahabat yang baik dan tentunya kedua pihak menginginkan kerja sama kedua negara terus meningkat. Untuk mendukung kerja sama, Kolombia memiliki kepentingan dan berharap warganya bisa berkunjung ke Indonesia dengan bebas visa sebagaimana berlaku untuk banyak warga negara lainnya.

Adakah keluhan dari pada pelaku usaha Indonesia untuk berbisis di Kolombia? Bagaimana dengan sebaliknya adakah keluhan hambatan dari pelaku bisnis Kolombia ketika hendak berbisnis di Indonesia?

Selama ini kegiatan bisnis sektor swasta kedua negara berjalan lancar dan belum ada keluhan berarti dari kedua pihak. Mungkin kendala yang dihadapi bagi kedua pihak adalah penggunaan bahasa yang berbeda, di mana mayoritas warga Kolombia berbahasa Spanyol.

Adakah program atau strategi meningkatkan hubungan sosial-budaya antara warga Indonesia dengan warga Kolombia?

Kami memandang people-to-people contact memiliki peran yang sangat penting untuk saling mengenal lebih baik khususnya mengenal budaya masing-masing. Pemerintah Indonesia secara berkala mengundang mahasiswa Kolombia untuk belajar di Indonesia dan Pemerintah Kolombia juga mengundang mahasiswa dan pemuda Indonesia untuk belajar bahasa Spanyol dan budaya Amerika Latin di Kolombia.

Peluang Beasiswa di Indonesia seperti Beasiswa Darmasiswa dan Kemitraan Negara Berkembang banyak diminati, khususnya Darmasiswa. Pada 2018, terdapat 5 peserta dari Kolombia, meningkat dari 3 peserta pada 2017. Tahun lalu Pemeritah Kolombia telah mengirimkan 25 pengusaha muda Kolombia untuk melakukan program magang di berbagai perusahaan di Indonesia.

Peningkatan pemahaman masyarakat setempat akan Indonesia juga dilakukan melalui pemanfaatan media sosial dan media tradisional . Dari segi media sosial, jumlah followers meningkat menjadi 2.772 pada saat ini dari 1.881 pada Mei 2017. Dari segi media tradisional, pada 2017 KBRI Bogota mengirim satu wartawan media cetak yang hasil liputannya ditayangkan secara online juga, dan dua wartawan televisi untuk meliput potensi ekonomi dan pariwisata Indonesia.

Pada kesempatan khusus, misalnya dalam rangka memperingati hari kemerdekaan, KBRI Bogota berupaya mengundang seniman untuk tampil di Bogota. Demikian pula Kedutaan Besar Kolombia di Jakarta juga mengundang seniman dari Kolombia untuk tampil di Jakarta. Peningkatan hubungan sosial budaya juga dilakukan melalui pengenalan kuliner Indonesia dalam berbagai acara dan festival.

Kemlu juga mendorong para duta besar ataupun KBRI untuk melek terhadap teknologi melalui diplomasi zaman now.

Bagaimana upaya KBRI Bogota memanfaatkan teknologi untuk menyampaikan program kerja kepada masyarakat?

Perlu jalinan yang komunikatif antara institusi maupun pelayan masyarakat dengan para pemangku kepentingan di mana saja berada. Penggunaan media sosial sudah menjadi keharusan sebagai sarana untuk berkomunikasi, untuk menyampaikan informasi dan menerima aspirasi dari masyarakat.

Oleh karena itu KBRI Bogota juga memanfaatkan media sosial dan teknologi informasi dan komunikasi untuk menjamin kelancaran informasi. KBRI Bogota juga selalu berkomunikasi dengan media massa dalam bentuk penyampaian bahan berita terhadap beberapa kegiatan KBRI yang perlu diketahui masyarakat luas.

Pemanfaatan teknologi seperti penggunaan media sosial seperti Facebook dan Twitter hanyalah merupakan media perantara untuk mencapai pemirsa/followers. Yang terpenting adalah konten yang ingin kita sampaikan. Konten tersebut bisa berupa foto, video, infografis, dan pesan yang memiliki makna, termasuk program kerja dan informasi penting untuk masyarakat.

Penggunaan teknologi tersebut juga bersifat sebagai amplifier, yaitu meningkatkan luas jangkauan informasi resmi dari pemerintah maupun berita positif yang ingin kami sampaikan kepada masyarakat setempat.

Di Kolombia sendiri, pangsa pasar media sosial dipegang oleh Facebook (49.30%) dan Youtube (21.43%). Sedangkan Twitter hanya 8,01%, dan Instagram hanya 1,45%. Data ini tercermin dari jumlah followers Facebook KBRI yang mencapai 2.772 followers, sedangkan Twitter baru 310 followers.

Nama: Priyo Iswanto
Tempat/tanggal lahir: Kudus, Jawa Tengah, 10 Mei 1962.
Pendidikan:
- Sastra Inggris di Universitas Diponegoro (1985)
- Magister Hukum di Universitas Padjajaran (2005).
Karir :
- Duta Besar LBBP RI untuk Republik Kolombia, Saint Kitts & Nevis, dan Antigua & Barbuda (Maret 2017-Sekarang)
- Asisten Deputi Kerja Sama Amerika dan Eropa di Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (2014-2017).
- Wakil Kepala Perwakilan KBRI Roma, Italia (2011-2014).
- Kepala Biro Kepegawaian Kemenlu RI (2004-2011).

*) Artikel dimuat di koran cetak Bisnis Indonesia edisi Kamis (12/7/2018)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper