Bisnis.com, JAKARTA — Serangan bertubi-tubi dari sisi perekonomian global membuat aktivitas ekspor karet mengalami tekanan yang cukup besar.
Ketua Umum Dewan Karet Indonesia (Dekarindo) Azis Pane mengatakan pelemahan rupiah memang memberikan daya dorong kepada aktivitas ekspor karet Indonesia, terlebih di tengah murahnya harga karet dunia. Namun demikian, dorongan dari nilai tukar rupiah tersebut berpotensi tertutupi oleh ancaman dampak perang dagang antara AS dan China.
“Rupiah memang melemah, tetapi harga karet dunia juga rendah. Belum lagi hadangan datang dari ancaman perang dagang AS dan China. Ketidakpastian global pun bertambah,” ujarnya kepada Bisnis.com belum lama ini.
Dia melihat, para produsen akan menahan produksinya untuk menekan kerugian akibat kondisi global. Untuk itu dia mendesak agar pemerintah memberikan dorongan berupa insentif untuk proses hilirisasi produk karet di dalam negeri, seperti produk ban.
Salah satu insentif yang diharapkan dari pemerintah tersebut adalah dengan membatasi arus impor produk berbahan karet. Dia meyakini, konsumsi karet dalam negri akan mengurangi tekanan yang dialami oleh para produsen akibat sentimen dari sisi global.
Adapun, apabila menilik data Badan Pusat Statistik, ekspor karet dan bahan dari karet pada Januari-Mei 2018 terkoreksi hingga 21,90% atau dari periode yang sama pada tahun lalu. Penurunan tersebut terjadi di tengah melemahnya nilai tukar rupiah sepanjang tahun ini yang mencapai 6%.
Nilai ekspor karet dan bahan dari karet (BPS)
Januari-Mei 2017: US$3,610,5 miliar
Januari-Mei 2018: US$2,838 miliar
perubahan : -21,90%