Bisnis.com, JAKARTA--Perbaikan Nilai Tukar Petani kembali berlanjut pada Juni 2018 di tengah laju inflasi perdesaan yang meningkat
Berdasarkan hasil pantauan harga-harga di perdesaan di 33 Propinsi, Nilai Tukar Petani (NTP) per Juni 2018 mengalami kenaikan sebesar 0,05% menjadi 102,04, dibandingkan NTP bulan sebelumnya sebesar 101,99.
Nilai Tukar Petani (NTP) adalah perbandingan indeks harga yang diterima pertani terhadap indeks harga yang dibayar petani.
NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun biaya produksi petani.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menuturkan kenaikan NTP disebabkan oleh indeks harga yang diterima petani lebih tinggi karena indeks harga yang dibayar petani
"Ini indikator positif karena NTP menunjukkan daya beli petani," ujar Suhariyanto, Senin (2/7).
Dalam catatan BPS, indeks harga yang diterima petani naik sebesar 0,36% lebih besar dari kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,3%.
Berdasarkan per subsektornya, Suhariyanto menuturkan perkembangan NTP cukup mengembirakan. NTP tanaman pangan, holtikultura, perikanan dan peternakan seluruhnya mengalami kenaikan, kecuali NTP tanaman perkebunan.
NTP tanaman pangan meningkat sebesar 0,09%, holtikultura sebesar 0,01%, peternakan sebesar 0,74%, dan perikanan sebesar 0,68%.
Adapun, NTP tanaman perkebunan rakyat turun sebesar 0,78%.
Tentunya, hal ini mengindikasikan adanya penurunan indeks harga yang diterima petani, sedangkan harga dibayar petani ada kenaikan,
"Komoditas yang mempengaruhi penurunan NTP a.l. kelapa sawit, kakao, kopi dan cengkih," ujar Suhariyanto.
Secara nasional inflasi perdesaan pada Juni 2018 mengalami inflasi sebesar 0,33% lebih tinggi dari Mei 2018 sebesar 0,19% dipicu oleh kenaikan tertinggi dari kelompok sandang sebesar 1,69% akibat permintaan yang meningkat pada Lebaran.