Bisnis.com, JAKARTA—Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira memprediksi inflasi Mei 2018 sebesar 0,3% (mtm) atau 3,3% (yoy).
“Dibandingkan Mei 2017 inflasi (Mei 2018) cenderung lebih rendah, karena Mei tahun lalu ada efek pencabutan subsidi listrik 900 va. (Namun), 0verall inflasi Mei tahun ini masih dibawah target APBN sebesar 3,5%,” kata Bhima kepada Bisnis.com, Senin (4/6/2018).
Bhima mengemukakan ada sejumlah faktor yang akan memengaruhi inflasi Mei, yaitu:
- Bertepatan dengan Ramadan dimana permintaan barang kebutuhan pokok tinggi ada tekanan inflasi komponen volatile food. Tercatat beberapa barang kebutuhan pokok sepanjang Mei mengalami kenaikan harga berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional: Ayam ras naik 2,6% menjadi 35.500 per kg. Telur ayam naik 6,4% menjadi 25.600 per kg.. Gula pasir naik 0,35% menjadi 14.000 per kg.
- Efek imported inflation akibat pelemahan kurs juga berimbas pada naiknya harga barang konsumsi ditingkat konsumen terutama barang impor.
- Secara musiman pembelian tiket mudik Lebaran baik moda transportasi darat, laut dan udara akan mendorong inflasi dari sisi transportasi hingga Juni mendatang
- Dari sisi permintaan yang tergambar dari inflasi inti diperkirakan masih rendah. Masyarakat masih menahan belanja karena beberapa faktor seperti masa Lebaran berdekatan dengan tahun ajaran baru sekolah sehingga masyarakat cenderung menabung.
- Faktor lain ada kepercayaan konsumen sedikit menurun akibat teror bom berakibat pada rendahnya minat masyarakat belanja di pusat keramaian. Agresifitas pajak dan ekspektasi kenaikan harga energi juga berpengaruh ke consumer confidences.
Seperti diketahui pada pk. 11 WIB hari ini, BPS akan merilis angka inflasi mei 2018.