Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai sebagai Gubernur Bank Indonesia yang baru dilantik, Perry Warjiyo sebaiknya tidak perlu ekstrim dalam memilih kebijakan.
Sebab, seiring berjalannya perkembangan, target untuk pro growth dan pro stability tidak akan selalu dapat dikerjakan dua-duanya.
"Tidak selalu harus dua-duanya sekaligus dikerjakan. Bisa saja dipilih salah satu dalam waktu tertentu dengan tidak perlu memilih secara ekstrim," katanya, Jumat (25/5/2018).
Meski demikian, Darmin memastikan keduanya tetap dapat dikombinasikan. Hal ini akan sangat tergantung pada masalah apa yang akan diselesaikan.
Terkait kebijakan relaksasi Loan-to-Value (LTV) yang sudah digaungkan, lanjutnya, kebijakan itu dirancang karena ada kenaikan tingkat bunga. Jika peningkatan tingkat bunga terlalu mengganggu, maka LTV akan dilonggarkan sedikit.
"Namanya persoalan kebijakan jangan dilihat terlalu sederhana dan tidak boleh abstrak dipandang," tuturnya.
Adapun mengenai proyeksi Perry terhadap pertumbuhan ekonomi, Darmin memandang masih harus dilihat kembali kebijakan apa saja yang akan diambil.
Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) menaikkan 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 25 bps menjadi 4,5% pada pekan lalu.
Sementara itu, usai diambil sumpahnya sebagai Gubernur BI pada Kamis (24/5), Perry menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini diperkirakan sebesar 5,2%.
Angka tersebut berada di kisaran tengah proyeksi BI yang sebesar 5,1%-5,5%. Alasannya, dia melihat ada beberapa aspek ekonomi domestik yang belum bisa mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 5,3%-5,4%.