Bisnis.com, JAKARTA—Para pelaku usaha pariwisata yakin bertambahnya negara yang menerbitkan imbauan bepergian (travel advice) ke Indonesia sejauh ini tidak akan menggangu operasional bisnis dan penjualan paket pariwisata yang mereka tawarkan.
Vice President Brand and Communications Panorama Group AB Sadewa menilai mayoritas wisatawan mancanegara (wisman) menyikapi travel advice dari negaranya sebagai arahan untuk berhati-hati. Namun, hal itu tak sampai menyurutkan minat berkunjung ke Tanah Air.
“Sejauh ini belum ada pembatalan. Kami cek agen kami di luar negeri, [dan para wisman] tidak terlalu aware terhadap [isu terorisme di Indonesia belakangan ini]. Lain halnya saat Gunung Agung meletus beberapa waktu lalu. Mereka aware, karena tahu itu di Bali. Jadi, mereka lebih melihat itu [kasus terorisme] sebagai isu domestik,” katanya kepada Bisnis.com.
Kendati demikian, dia menyatakan setiap agennya terus memberikan pengertian kepada para wisman untuk tetap waspada dan memaklumi peningkatan keamanan yang dilakukan oleh pihak perhotelan saat ini.
Sekadar catatan, per Rabu (16/5) sudah ada 14 negara yang menerbitkan travel advice ke Indonesia. Mereka a.l. Inggris, Amerika Serikat, Australia, Hong Kong, Selandia Baru, Singapura, Kanada, Swiss, Malaysia, Polandia, Irlandia, Prancis, Brasil, dan Filipina.
Sadewa mengungkapkan mayoritas kliennya berasal dari Eropa, dan sudah memahami dengan baik bahwa terorisme itu bisa terjadi di mana saja, bahka di kota besar seperti Paris sekalipun.
Jadi, lanjutnya, para wisman menganggap pemeriksaan atau peningkatan keamanan yang sedang ditegakkan di Indonesia saat ini tidak akan menggganggu kenyamanan mereka.
Senada, Head of Marketing Communication Dwidayatour Dwi Yulianti mengaku sejauh ini penjualan paket wisata ke dalam negeri (inbound) relatif stabil kendati banyak negara telah mengeluarkan travel advice.
Menurutnya, selama para wisman merasa nyaman dan aman untuk bepergian, mereka tidak akan membatalkan perjalanannya. Lagipula, dia menilai mayoritas turis asing yang berkunjung ke Indonesia lebih memilih destinasi populer seperti Bali, Batam, dan Labuan Bajo yang kondisi keamanannya dinilai kondusif.
Dari dunia perhotelan, Wakil Ketua Umum Badan Pengurus Pusat (BPP) Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Rainier H. Daulay mengatakan, pelaku perhotelan meningkatkan keamanannya untuk berjaga-jaga terhadap aksi teror susulan.
Namun sejauh ini, dia melihat belum ada dampak langsung dari kasus terorisme terhadap tingkat okupansi hotel. "Kami sudah punya SOP keamanan, mulai dari pemeriksaan tas hingga CCTV. Itu saja [yang] kami tingkatkan," ujarnya.
RESPONS PEMERINTAH
Merespons bertambahnya negara yang menerbitkan travel advice ke Indonesia, Menteri Pariwisata Arief Yahya tetap yakin dampaknya tidak akan sama seperti peringatan bepergian (travel warning) yang langsung berpengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan wisman.
Pasalnya, tingkat kepatuhan wisman terhadap travel advice berbeda-beda. Kendati demikian, dia berjanji tidak akan tinggal diam dan selalu memberikan perkembangan teraktual tentang kondisi riil Indonesia kepada para wisman.
“Bahwa ada kejadian [serangan teroris] di Riau, itu sudah kami umumkan. Memang harus diumumkan,” tegasnya.
Dia mengklaim sejauh ini belum ada pembatalan penerbangan, khususnya ke daerah wisata andalan seperti Bali dan Batam. Kedua daerah itu adalah penyumbang 60% angka kedatangan wisman ke Tanah Air.
Kepala Biro Komunikasi Publik Kemenpar Guntur Sakti menambahkan pemerintah akan terus memantau apakah ada negara yang berniat menaikkan atau langsung menetapkan status menjadi travel warning.
Sejauh ini, Kemenpar belum dapat mengestimasikan potensi kerugian yang didera sektor pariwisata bila ada negara yang menaikkan status menjadi travel warning. Namun, Guntur menyebut jika China menerbitkan status tersebut, dampaknya akan sangat signifikan.
Pasalnya, Negeri Panda menyumbang 1,9 juta wisman dari perolehan total sejumlah 14,03 juta kunjungan wisman pada tahun lalu. “Sejauh ini China baru mengungkapkan rasa duka cita saja,” katanya.
Sementara itu, Wakil Menteri Luar Negeri A.M Fachir menilai travel advice adalah hal yang lumrah sebagai bentuk perhatian negara terhadap warganya yang berada di negeri orang. Dia mengatakan Kementerian Luar Negeri telah memberikan pernyataan melalui perwakilan di luar negeri bahwa Indonesia masih berstatus aman.
“Travel advice itu di mana saja sangat normal. Kami [Pemerintah Indonesia] juga akan melakukan hal yang sama jika kejadian [serangan teroris] terjadi di negara lain,” tegasnya.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kunjungan wisman ke Indonesia pada Maret 2018 naik 28,76% menjadi 1,36 juta kunjungan dibandingkan dengan jumlah kunjungan pada Maret 2017.
Secara kumulatif (Januari–Maret 2018), jumlah kunjungan wisman ke Indonesia mencapai 3,67 juta kunjungan atau naik 14,87% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang berjumlah 3,19 juta kunjungan.