Kabar24.com, JAKARTA – Lira Turki dan obligasinya melemah ke rekor terendah setelah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan rencananya untuk lebih bertanggung jawab terhadap kebijakan moneter jika dia memenangkan Pemilu bulan depan.
Pernyataan tersebut mengkhawatirkan investor, pasalnya Erdogan tidak menyukai suku bunga tinggi.
Lira melemah 2,5% ke level terendahnya sepanjang masa 4,4752 per dolar AS. Adapun yield obligasi pemerintah Turki bertenor 10 tahun melonjak 91 basis poin, tertinggi sejak 2014 ke 14,81%.
“Investor telah memperkirakan kenaikan [suku bunga] darurat sebesar 100 bsp – 150 bsp oleh bank sentral untuk menstabilkan lira, yang kini tampak mulai diragukan,” kata Chris Turner, Kepala Strategi Valuta Asing di ING Groep NV, London, seperti dikutip Bloomberg, Selasa (15/5/2018).
Adapun, pernyataan Erdogan tersebut juga merusak perkiraan pasar, bahwa pertemuan dengan para pembuat kebijakan ekonomi di istananya pekan lalu—termasuk Gubernur Bank Sentral Turki Murat Cetinkaya—akan membuka jalan bagi kenaikan suku bunga.
Beberapa trader bahkan telah memasang posisi untuk kenaikan suku bunga pada rapat kebijakan moneter yang waktunya belum ditentukan.
Investor mengatakan inflasi sebesar dua digit dan pertumbuhan defisit kembar perekonomian Turki membutuhkan suku bunga tinggi untuk menjaga stabilisasi aset negara di hadapan prospek meningkatnya suku bunga AS dan rallyminyak mentah.
Adapun lira telah melemah sebesar 14% di hadapan dolar AS tahun ini, memperpanjang depresiasinya di antara mata uang emerging market setelah peso Argentina.
Sementara itu, nilai lira sempat jatuh hingga 1,5% menjadi 4,43 per dolar AS, terendah sepanjang sejarah. Sementara obligasi pemerintah bertenor 10 tahun melonjak 71 bsp menjadi rekor 14,61%.
Guncangan ini datang menjelang lelang obligasi pemerintah bertenor dua dan lima tahun (notes) dari Kementerian Keuangan Turki pada Selasa (15/5/2018). Pelelangan itu merupakan percobaan terhadap selera investor terhadap salah satu imbal hasil tinggi dari notes mata uang lokal di emerging market.
Adapun imbal hasil yang ditawarkan kedua tenor tersebut melonjak lebih dari 60 bsp, yang diperparah oleh kurangnya likuiditas di dalam pasar.
Citigroup Inc. pada Senin (14/5/2018) mengubah rekomendasi long untuk dolar As-lira dan mengubahnya menjadi netral. Selain itu, mereka juga mengubah notes pemerintah Turki menjadi neutral stance dari underweight dengan alasan bank sentral mungkin akan dipaksa menaikkan suku bunga.
“Masalahnya adalah interfensi Erdogan dan kurangnya keyakinan bahwa bank sentral memiliki independensi membuat kebijakannya sendiri,” kata John Hardy, Kepala Strategi Valuta Asing di Saxo Bank A/S sambil menambahkan bahwa pasar akan menghukum lira.