Bisnis.com, JAKARTA—Kementerian Pariwisata mengalokasikan anggaran Rp17 miliar untuk mempromosikan destinasi pariwisata Indonesia ke pasar India, yang ditargetkan dapat mendatangkan wisatawan mancanegara sebanyak 700.000 orang pada tahun ini.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran II Kemenpar Nia Niscaya menyatakan India menjadi pasar yang semakin potensial bagi Indonesia, terlebih setelah adanya penerbangan langsung dari Mumbai India ke Denpasar, Bali.
Pada tahun lalu, wisman India yang berkunjung ke Tanah Air tercatat sebanyak 485.000 orang. “India menjadi pasar yang seksi. Pada Februari tahun ini, jumlah wisman India sudah menyusul posisi Jepang, dan kini berada di urutan kelima,” ujarnya akhir pekan lalu.
Dia memaparkan, hingga Februari tahun ini, tercatat sebanyak 87.000 wisman India telah mengunjungai Indonesia. Jumlah ini melampaui wisman asal Jepang dan Korea Selatan, di mana masing-masing tercatat sebanyak 74.000 kunjungan dan 63.000 kunjungan.
Menurutnya, pasar India tahun ini masuk dalam lima pasar terbesar penyumbang wisman ke Indonesia, setelah China, Eropa, Australia, dan Singapura. China menempati urutan teratas dengan 2,2 juta wisman dan pertumbuhan tertinggi mencapai 42%.
Asdep Pemasaran II Regional III Kemenpar Sigit Witjaksono yang membawahi pasar India, Asia Selatan, Asia Tengah, Saudi Arabia, Timur Tengah, dan Afrika menyatakan, untuk mencapai target wisman India pada tahun ini, pemerintah tak bisa hanya mengandalkan penerbangan langsung saja.
Itulah mengapa pihaknya menjadikan negara tetangga Malaysia dan Singapura sebagai simpul penghubung (hub) regional. Dia mengestimasikan ada setidaknya satu juta wisman India yang berada di kedua hub tersebut setiap tahunnya.
“Kami akan tetap memanfaatkan Singapura dan Malaysia sebagai hub regional. Wisman India yang berkunjung ke Singapura dan Malaysia kami gaet untuk meneruskan berlibur ke Batam, Bintan, dan Jakarta,” ujarnya.
Dia mengungkapkan wisman India yang berkunjung ke Indonesia didominasi anak muda usia sekitar 25 tahun dengan pengeluaran rata-rata sebesar US$900 hingga US$1.200 per kunjungan, dengan lama tinggal rata-rata 7-10 hari.
Mereka datang melalui sejumlah daerah yang menjadi pintu masuk, seperti Bali, Jakarta, Batam, Tanjung Uban, dan Surabaya.
Menurutnya, salah satu tantangan yang harus dibenahi untuk menggaet wisman India adalah dengan menyediakan fasilitas dan makanan vegetarian. Pasalnya, populasi vegetarian di negeri tersebut cukup besar, diperkirakan mencapai 500 juta orang.
Menteri Pariwisata Arief Yahya pekan lalu telah bertolak ke India untuk bertemu dengan para pelaku wisata seperti biro perjalanan guna meningkatkan penjualan paket wisata ke Indonesia, khususnya destinasi Bali and Beyond, yaitu; Batam, Bintan, dan Jakarta.
Pihaknya juga mengaku gencar melakukan promosi baik online dan offline. Promosi di media daring antara lain melalui YouTube, Facebook, Tripadvisor, sedangkan secara offline dilakukan dengan mengikuti pameran pariwisata internasional di India.
Lebih lanjut, dia menyebut Duta Besar India untuk Indonesia juga tertarik untuk mengembangkan destinasi wisata bagi wisman India melalui Kota Sabang.
Pengembangan destinasi tersebut rencananya dilakukan untuk menandai hubungan diplomatik India-Indonesia yang memasuki tahun ke-67 pada 2018, sekaligus merekam jejak historis masuknya pedagang Gujarat ke Indonesia pada masa kolonial dahulu.