Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik siang ini akan merilis tiga data ekonomi dalam negeri, salah satunya adalah angka pertumbuhan ekonomi kuartal I/2018.
“Pertumbuhan ekonomi kuartal I/ 2018 diprediksi sebesar 5,07% (yoy),” kata Peneliti Ekonom Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira kepada Bisnis.com, Senin (7/5/2018).
Dia mengemukakan faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal I ujarnya, salah satunya konsumsi rumah tangga sedikit terkontraksi yang ditunjukkan oleh data indeks penjualan riil yang melambat.
Dalam hal ini, khususnya pembelian durable goods atau barang tahan lama, penjualan kendaraan khususnya roda empat Januari-Maret tumbuh 2,8% (yoy) lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya. Khusus untuk penjualan kendaraan pribadi justru anjlok 2,3% (data Gaikindo).
“Porsi konsumsi rumah tangga yang dominan sebesar 56% terhadap PDB diperkirakan tumbuh stagnan 4,9%-5%, sehingga menjadi indikasi awal ekonomi masih belum berada ditahap ekspansi,” kata Bhima.
Dari sisi investasi, Bhime mengemukakan masih belum ada kenaikan yang signifikan berhubung ada faktor musiman awal tahun biasanya realisasi investasi kecil.
“Baru di semester II akan terlihat adanya kenaikan. Pertumbuhan investasi prediksinya 7%. Porsi investasi diperkirakan sebesar 31% dari PDB,” kata Bhima.
Bhima memperkirakan bahwa ekspor pun masih melandai karena Jan-Februari tercatat defisit neraca perdagangan. Sementara surplus pada bulan Maret lebih diakibatkan perlambatan impor yang hanya tumbuh 2,13% (mtm).
Kinerja ekspor minyak kelapa sawit Januari-Maret anjlok 17,34% dibanding posisi yang sama tahun sebelumnya. Minyak sawit yang cukup dominan atau porsinya 12,8% dari totalekspor non migas terkena dampak kenaikan bea masuk dri India.
Motor pendorong kuartal I berasal dari belanja pemerintah yang realisasinya lebih baik dari tahun lalu.