Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BHGE Tawarkan Teknologi Digital Pendorong Produksi Lapangan Tua

Baker Hughes GE atau BHGE tengah memburu prospek hulu migas di Indonesia.
Blok migas/Ilustrasi
Blok migas/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA -- Baker Hughes GE atau BHGE tengah memburu prospek hulu migas di Indonesia.

Perusahaan penunjang migas yang melantai di bursa New York itu bakal mengincar proyek hulu migas dengan penawaran teknologi yang bisa mendongkrak produksi sumur maupun lapangan tua di Indonesia.

Presiden Direktur Baker Hughes a GE Company (BHGE) Iwan S. Chandra mengatakan, teknologi digital dalam proses pengeboran maupun teknis lainnya yang dimiliki BHGE bisa digunakan pada kondisi lapangan apapun.

Dalam implementasi teknologi itu, perusahaan penunjang migas itu mencatat butuh kolaborasi kuat antara perusahaan migas, peraturan pemerintah, dan industri penunjang migas.

"Sejauh ini, banyak juga kontrak PSC [Production Sharing Contract] yang sudah siap menggunakan teknologi kami. Cuma memang masih dalam kajian untuk kesiapan implementasinya," ujarnya pada Senin (30/4).

BHGE, sebagai perusahaan penunjang migas, pun memiliki model bisnis layanan fullstream. Model itu adalah mengintegrasikan seluruh rantai nilai produksi minyak dan gas dari hulu, tengah, dan hilir.

Dalam pelayanannya, BHGE pun menggabungkan peralatan yang dimilikinya dengan kemampuan digitan untuk meningkatkan operasi dari sisi produksi maupun eksplorasi. BHGE pun menggunakan teknologi komputasi awan, teknik manufaktur canggih, dan solusi lainnya.

Adapun, BHGE melirik potensi lapangan-lapangan tua di Indonesia dengan menawarkan teknologi tersebut.

Iwan mengatakan, produksi migas Indonesia saat ini masih mengandalkan lapangan-lpangan tua. Itu menjadi salah satu segmen bisnis dalam penawaran produk digital tersebut.

"Khusus untuk lapangan tua itu, produksi migasnya rata-rata bisa naik 20% jika menggunakan teknologi dari layanan penunjang kami," ujarnya.

Iwan menuturkan, waktu tambahan produksi bisa mulai terasa sesuai dengan kondisi sumur dan lapangannya.

"Namun, secara rata-rata sekitar 6 bulan sampai 1 tahun sudah bakal terasa dampak kenaikan produksi dengan menggunakan teknologi kami tersebut," ujarnya.

Kemudian, dari sisi investasi layanan penunjang migas digital ini disebut tidak berbeda jauh dengan layanan konvensional.

"Kalau dari WP&B para KKKS [Kontraktor Kontrak Kerja Sama], biaya untuk penunjang migas konvensional maupun digital tidak terlalu beda jauh dan cenderung sama, tetapi hasilnya lebih baik," ujar Iwan.

Untuk penggunaan teknologi itu, BHGE juga mengincar segmen dari eksplorasi maupun laut dalam.

Namun, saat ini BHGE masih terus mengikuti peluang tender untuk menjadi penunjang migas di beberapa wilayah kerja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Surya Rianto
Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper