Bisnis.com, WASHINGTON — Perekonomian negara berkembang dihadapkan tantangan beragam, meski Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan adanya pertumbuhan ekonomi dunia dalam dua tahun mendatang ditopang menguatnya kondisi keuangan global, laju investasi dan arus perdagangan.
Penasihat Ekonomi dan Direktur Departemen Penelitian IMF, Maurice Obstfeld, mengatakan pertumbuhan ekonomi di negara berkembang menyajikan gambaran yang beragam, khususnya bagi negara yang bukan mengandalkan ekspor dari komoditas.
Pemulihan bertahap harga komoditas global dari level terendahnya sejak tiga tahun lalu turut menguntungkan bagi pertumbuhan negara-negara eksportir di negara emerging market.
Beberapa negara dapat menikmati pertumbuhan jangka panjang, dibandingkan dengan masa sebelum krisis. Kendati demikian, tidak semua negara yang mengandalkan ekspor dari komoditas mendapat keberuntungan yang sama.
“Negara-negara tersebut perlu meluaskan ekonomi mereka untuk meningkatkan pertumbuhan dan menjaga ketahanan,” tuturnya dalam konferensi pers World Economic Outlook, Selasa (17/4/18).
Khusus bagi negara berkembang di kawasan Asia, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonominya sebesar 6,5% pada 2018 dan 6,6% pada tahun depan atau sama seperti perkiraan dalam WEO Januari lalu.
Indonesia bersama dengan Malaysia, Filipina, Thailand dan Vietnam (Asean 5) diperkirakan stabil pada level 5,3% pada 2018 dan 5,4% pada tahun depan.
IMF dalam laporan World Economic Outlook (WEO) April 2018 memperkirakan produk domestik bruto (PDB) dunia akan tumbuh ke level 3,9% pada tahun ini dan tahun depan atau tidak berubah dari perkiraan pada Januari 2018, setelah melaju dengan kecepatan tercepat sejak 2011 di level 3,8% pada 2017.
Sementara itu, perekonomian negara maju diperkirakan IMF akan tumbuh lebih cepat daripada laju potensialnya pada tahun ini dan tahun depan.
Hal itu diperlihakan oleh kebijakan moneter Zona Euro yang akan mengurangi kapasitas berlebihnya dan kebijakan fiskal AS yang dapat membawa perekonomian negara tersebut mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh.
“Ekonomi dunia terus menunjukkan momentum yang punya dampak luas. Dengan latar belakang positif tersebut, konflik perdagangan yang terjadi sama luasnya dengan prospek perdagangan yang ada,” tuturnya.
Terlepas dari berita baik dalam jangka pendek, prospek jangka panjang perlu disikapi lebih serius. Maurice menambahkan negara maju dihadapkan dengan populasi yang menua, dengan tingkat partisipasi tenaga kerja yang menurun.