Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) menilai bahwa ada dua faktor utama yang menyebabkan produksi batu bara di Indonesia pada Kuartal I/2018 turun.
Berdasarkan data dari Kementerian ESDM, produksi batu bara untuk pemegang perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara (PKP2B), PT Bukit Asam Tbk. (PTBA), dan pemegang izin usaha pertambangan (IUP) penanaman modal asing (PMA) sepanjang triwulan pertama tahun ini sebanyak 69,33 juta ton. Realisasi itu lebih rendah 7,23% dibandingkan dengan produksi pada periode yang sama tahun lalu.
Jumlah tersebut belum termasuk produksi dari para pemegang IUP di daerah yang datanya belum direkapitulasi pemerintah pusat.
Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia menilai, faktor cuaca menjadi salah satu penyebab produksi batu bara pada kuartal I/2018 turun. Di samping itu, permintaan batu bara dari China kemungkinan melambat.
"Kemungkinan realisasi produksi berkurang karena kendala cuaca dan demand [permintaan] yang melambat di China," katanya kepada Bisnis, Senin (16/4/2018).
Kendati mengalami penurunan produksi pada triwulan pertama tahun ini, produksi hingga akhir tahun diperkirakan akan tetap berada pada kisaran yang tinggi. Hal tersebut turut ditopang oleh harga batu bara yang diproyeksikan masih cukup stabil.
"Kalau merujuk pada data pemerintah, target produksi di tahun ini memang akan lebih tinggi dibanding 2017," tuturnya.
Sepanjang tahun lalu, realisasi produksi batu bara nasional mencapai 461 juta ton. Pada tahun ini, pemerintah memberi batas atas produksi sebanyak 485 juta ton.
Kenaikan tersebut ditentukan sebesar 5% dari realisasi produksi tahun lalu. Sementara itu, jika mengacu pada rencana jangka pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2015-2019, target produksi pada tahun ini hanya 406 juta ton.