Bisnis.com, BATAM—Kementerian Perindustrian mendorong Batam menjadi pusat industri komponen elektronik bernilai tambah tinggi. Upaya ini diharapkan kembali membangkitkan kejayaan wilayah yang bertetangga langsung dengan Singapura itu.
Tahun lalu, pertumbuhan ekonomi Batam hanya mencapai 2%, jauh di bawah pertumbuhan nasional sebesar 5,07%.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menuturkan industri elektronik yang didorong untuk masuk ke Batam merupakan industri yang memiliki nilai tambah tinggi, seperti chip hingga produk semikonduktor. Adapun produksi perangkat rumah tangga lebih diarahkan di pulau Jawa terutama di sekitar Jawa Tengah.
“Klusterisasi [di Batam] ini bisa ditingkatkan, sekarang 70% [industri di Batam] sudah elektronik. Batam sudah free trade zone sehingga selama produknya untuk tujuan ekspor tidak ada masalah karena bea masuk sudah 0%, Cuma kita dorong juga pemanfaatan kawasan ekonomi khusus untuk produk yang menyasar pasar domestik [sehingga juga mendapat fasilitas pengurangan bea masuk],” kata Airlangga di Batam, akhir pekan lalu.
Airlangga menuturkan elektronik merupakan satu dari lima sektor yang menjadi target dari Kementerian Perindustrian dalam program Industri 4.0. Batam dapat berperan sebagai pusat produksi chip dan komponen pendukung internet of things (IoT). “Seharusnya dapat tumbuh dari situ [produksi komponen],” katanya.
Untuk merealisasikan target ini, pemerintah mendorong para produsen chip yang sudah menjalankan bisnis di Batam untuk meningkatkan kapasitas bisnis. Para produsen menghasilkan chip untuk otomotif hingga kartu sim ponsel nomor tiga besar di dunia.
“Segmen ini perlu didorong karena selain marginnya tinggi, sektor ini juga tidak sensitif dengan upah tenaga kerja,” kata Airlangga.