Bisnis.com, JAKARTA- Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menegaskan bahwa ekspor dan investasi menjadi kunci peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Hal tersebut dia sampaikan pada Rapat Koordinasi Pemerintah, Pemerintah daerah, dan Bank Indonesia yang berlangsung pada Jumat (13/4/2018) di Batam.
Rapat koordinasi ini diselenggarakan Bank Indonesia dengan mengusung tema ‘Pengembangan Industri Berorientasi Ekspor melalui Perluasan Akses Pasar dan Optimalisasi Kawasan Industri’.
“Kunci pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah ekspor dan investasi. APBN merupakan stimulasi,” jelas Mendag Enggar dalam rilis resmi yang diterima oleh Bisnis.
Pada 2018, Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekspor menjadi sebesar 11%. Target ini ditetapkan dengan mempertimbangkan pertumbuhan kinerja ekspor Indonesia di tahun 2017 yang mencapai US$168,7 miliar, atau tumbuh 16,2% dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu, Indonesia juga berhasil mencatat surplus perdagangan sebesar US$11,8 miliar.
“Namun demikian, Pemerintah terus berupaya meningkatkan ekspor barang-barang bernilai tambah tinggi,” tambah Enggar.
Selain itu, Enggar juga menyampaikan tiga pokok utama yang perlu diperhatikan dalam peningkatan ekspor.
“Ketiga hal tersebut yaitu menjaga ketersediaan bahan baku dan barang modal serta stabilitas harga barang modal pada harga internasional yang kompetitif, perluasan pasar ekspor, serta peningkatan ekspor jasa,” jelasnya.
Upaya menjaga ketersediaan bahan baku dan barang modal, menurutnya dapat dilakukan melalui penurunan tarif, memberikan kemudahan dalam proses pengurusan lisensi dan perizinan ekspor dan impor, serta meningkatkan transparansi peraturan ekspor dan impor.
Sedangkan, untuk perluasan pasar ekspor dapat dilakukan dengan menjaga jumlah perjanjian perdagangan bilateral, regional dan multilateral; penjajakan pasar-pasar ekspor nontradisional; reorientasi fungsi atase perdagangan dan Indonesian Trade Promotion Center untuk menjadi agen intelijen bisnis guna mengetahui kebutuhan konsumen, serta mengoordinasikan promosi perdagangan agar dapat dilakukan dalam skala besar secara efisien untuk memperoleh hasil yang maksimal.
Lalu, peningkatan ekspor jasa dapat dilakukan antara lain dengan pengembangan e-dagang, teknologi dan bisnis berbasis internet, serta potensi ekspor jasa di bidang desain, arsitektur, akuntansi, serta teknologi komunikasi dan informasi.
“Tahun 2018-2019, perekonomian dunia diprediksi tumbuh 3,9%, dan Indonesia 5,4%. Indonesia harus dapat menggunakan momentum ini untuk melanjutkan reformasi sehingga dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan berkesinambungan,” tukas Enggar.
Rapat koordinasi ini mengidentifikasi empat arah kebijakan utama guna mempercepat pengembangan industri berorientasi ekspor.
Pertama, pengembangan kawasan industri secara menyeluruh, didukung insentif yang memadai dan infrastruktur yang berkualitas.
Kedua, penyediaan sumber daya manusia yang mampu mengimbangi aplikasi teknologi dan inovasi di manufaktur.
Ketiga, perluasan akses pasar melalui perjanjian perdagangan.
Keempat, keterkaitan industri domestik dengan rantai nilai global.
Keempat langkah strategis itu akan diwujudkan dalam bentuk kebijakan yang konsisten dan bersinergi untuk mendorong berkembangnya industri berorientasi ekspor di daerah melalui pemberian kemudahan perizinan dan insentif fiskal; menurunkan biaya logistik industri domestik melalui peningkatan kapasitas dan efisiensi infrastruktur konektivitas, air dan listrik; penguatan sumber daya manusia untuk mendukung penyediaan tenaga kerja dengan kompetensi yang sejalan dengan kebutuhan perkembangan teknologi dan otomasi proses produksi serta perluasan pasar ekspor industri nasional dengan menambah kerja sama perjanjian perdagangan bilateral/multilateral (Free Trade Agreement/FTA dan Preferential Trade Agreement/PTA) dengan tetap mempertimbangkan kepentingan nasional.