Bisnis.com, Surabaya – Pulau Bali berpotensi mengalami defisit listrik pada 2021, karena pertumbuhan konsumsinya tidak diimbangi dengan penambahan kapasitas pasokan listrik secara memadai.
Joko Raharjo Abu Manan, Kondisi tersebut disampaikan Direktur Regional Bisnis PLN Jawa bagian Timur, Bali dan Nusa Tenggara, kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan saat mengunjungi PLN Transmisi Jawa Bagian Timur dan Bali (TJBTB) di Waru, Sidoarjo, Jawa Timur hari ini, Kamis (12/4/2018).
Di gedung PLN TJBTB tersebut, Jonan sempat meninjau fasilitas pusat monitoring dan pengatur beban listrik Jawa Timur dan Bali.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, tingkat beban puncak di wilayah Jawa Timur selama 6 tahun terakhir rata-rata mengalami peningkatan 5,02%, sedangkan untuk Bali naik 6,18% per tahun.
Secara aktual, pada 2017 tingkat beban kelistrikan di Jatim mencapai 5.572 MW sedangkan Bali 852 MW.
Khusus di Bali, lanjut Joko, jika pertumbuhan konsumsi listrik di wilayah tersebut tidak diimbangi dengan penambahan kapasitas pasokan, dikhawatirkan Pulau Dewata akan mengalami kekurangan listrik sekitar 30%.
Dia menjelaskan kendala yang dialami PLN dalam menambah kapasitas listrik yakni soal perizinan yang sampai sekarang belum diberikan oleh Pemprov Bali.
Sementara itu, pertumbuhan konsumsi listrik di Jatim tercatat merupakan yang tertinggi urutan kedua setelah Banten.
"Kenaikan konsumsi listrik di Jatim sejalan dengan pertumbuhan industri manufaktur. Namun, sejauh ini pasokan listrik di Jatim tidak ada masalah," ujar Joko.
Terkait dengan prediksi defisit listrik di Bali, Ignasius Jonan berharap izin dari pemprov setempat bisa segera keluar.
"Menurut saya, Pulau Bali sebagai destinasi wisata internasional sebaiknya menggunakan pembangkit listrik yang lebih ramah lingkungan, bukan pakai PLTU," katanya.