Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Biaya Ekspor dari Bali Tinggi karena ‘Mampir Dulu’ ke Tanjung Perak

Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia Bali terus berupaya menemukan solusi untuk menekan biaya transportasi produk ekspor dari Bali, karena selama ini harus melalui Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.
 Kapal pengeruk pasir beraktivitas di kawasan dermaga kapal wisata, di Pelabuhan Benoa, Denpasar, Bali, Kamis (26/3/2015)./Antara-Nyoman Budhiana
Kapal pengeruk pasir beraktivitas di kawasan dermaga kapal wisata, di Pelabuhan Benoa, Denpasar, Bali, Kamis (26/3/2015)./Antara-Nyoman Budhiana

Bisnis.com, DENPASAR — Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia Bali terus berupaya menemukan solusi untuk menekan biaya transportasi produk ekspor dari Bali, karena selama ini harus melalui Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.

Gusti Nyoman Rai, Ketua Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Bali, mengatakan idealnya pengapalan produk ekspor bisa langsung dari Pelabuhan  Benoa ke negara tujuan atau melalui hub Singapura.

“Kendalanya, barang ekspor dari Bali dikirim dulu via Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, baik via Benoa maupun lewat jalur darat,” katanya hari ini, Selasa (10/4/2018).

Menurut Rai, angkutan truk untuk pengiriman produk ekspor Bali via Surabaya penuh, namun kosong muatan saat ke Bali.

Di lain sisi, pengiriman barang kebutuhan untuk Bali didatangkan dari Surabaya dengan truk. Namun, ketika truk itu kembali ke Surabaya, muatannya kosong.

“Sulit untuk mengombinasikan pengiriman barang kebutuhan dan produk ekspor, agar transportasi dua arah bisa sama-sama penuh sehingga biaya transportasi bisa lebih murah,” katanya.

Hal yang sama terjadi dalam pengiriman barang ekspor melalui kapal via Pelabuhan Benoa, saat kapal datang dari Surabaya hanya sekitar 10% terisi, sedangkan saat ke Surabaya penuh dengan kontainer.

Rai menuturkan seluruh biaya transportasi kapal tersebut dibebankan kepada pengusaha yang selama ini sangat memberatkan.

“Kami telah meminta kepada pemerintah agar ada regulasi yang mengatur pelayaran langsung dari Benoa ke luar negeri, tapi hingga kini belum ada kejelasan,” katanya.

Menurut Rai, saat ini volume ekspor melalui Pelabuhan Benoa rata-rata 1.200 TEUs (twenty-foot equivalent unit ) per bulan, yang belakangan mengalami penurunan.

Pembina Alfi Bali Bagus John Sujayana mengatakan tingginya biaya pengiriman itu telah menjadi persoalan sejak dasa warsa silam.

“Inefisiensi telah terjadi bertahun-tahun. Saya sudah sampaikan kepada para calon gubernur untuk memikirkan jalan keluar,” katanya.

Usulan untuk pengapalan barang ekspor dari Pelabuhan Celukanbawang di Buleleng dinilainya justru memunculkan persoalan, karena sentra industri kecil berada di wilayah bali selatan seperti Gianyar, Denpasar dan Badung.

Sementara itu, jalan tol atau jalan pintas dari kawasan selatan ke utara barui sebatas wacana hingga kini.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper