Bisnis.com, JAKARTA - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) untuk jenis Pertalite pada akhir Maret 2018 diperkirakan tidak akan berdampak signifikan pada laju inflasi.
Pengamat energi dari ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro mengatakan kenaikan harga Pertalite tidak berpengaruh besar terhadap inflasi sebab mayoritas konsumen Pertalite adalah masyarakat kelas menengah atas.
"Secara teoritis pengaruhnya nggak terlalu besar. Inflasi itu lebih pada biaya logistik dan transportasi," kata Komaidi ketika dihubungi, Jumat (6/4/2018).
Berbeda bila harga Solar bersubsidi yang naik. Jika harga Solar bersubsidi mengalami kenaikan, maka dampaknya kepada inflasi akan lebih besar. Pasalnya, angkutan distribusi barang dan jasa mayoritas menggunakan Solar bersubsidi sebagai bahan bakar. Kenaikan harga Solar akan dibebankan pada harga jual barang dan jasa.
Harga Pertalite per 24 Maret 2018 mengalami kenaikan sekitar Rp150 per liter sampai Rp200 per liter di seluruh Indonesia. Harga Pertalite pun menjadi berada di kisaran Rp7.800 per liter sampai Rp8.150 per liter di seluruh kawasan Indonesia.
"Kenaikan Pertalite memiliki dampak pada inflasi tapi relatif masih terkendali," katanya.