Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

FAISAL BASRI: Sikap Menkeu Sri Mulyani Berubah

Bisnis.com, JAKARTA -- Ekonom senior Faisal Basri mengatakan, sikap Menteri Keuangan Sri Mulyani berubah yang awalnya sangat teliti dalam mengelola utang menjadi sosok yang terlalu jor-joran dalam utang.
(Dari kiri) ekonom senior Institute For Development For Economics and Finance (INDEF) Faisal Basri, Kepala Departemen Statistik BI Yati Kurniati, Direktur Indef Enny Sri Hartati, Direktur Strategi dan Portfolio Utang Kementerian KeuanganSchneider Siahaan, dan ekonom Indef Berly Martawardaya, membahas tentang kredibilitas utang negara dalam acara diskusi Iluni UI, di Jakarta, Selasa (3/4/2018).
(Dari kiri) ekonom senior Institute For Development For Economics and Finance (INDEF) Faisal Basri, Kepala Departemen Statistik BI Yati Kurniati, Direktur Indef Enny Sri Hartati, Direktur Strategi dan Portfolio Utang Kementerian KeuanganSchneider Siahaan, dan ekonom Indef Berly Martawardaya, membahas tentang kredibilitas utang negara dalam acara diskusi Iluni UI, di Jakarta, Selasa (3/4/2018).

Bisnis.com, JAKARTA -- Ekonom senior Faisal Basri mengatakan, sikap Menteri Keuangan Sri Mulyani berubah yang awalnya sangat teliti dalam mengelola utang menjadi sosok yang terlalu jor-joran dalam utang.

"Ketika awal menjadi pejabat [sebagai Menteri Keuangan] Sri Mulyani mengatakan, keseimbangan primer yang negatif mengartikan pemerintah meminjam uang untuk membayar utang masa lalu," kata ekonom senior Indef dalam acara diskusi Iluni UI, Jakarta, Selasa (3/4/2018).

Bahkan, lanjut Faisal, Sri Mulyani juga mengimbau pemerintah agar berhati-hati dalam merancang APBN, agar kondisi keuangan pemerintah selalu dalam keadaan sehat.

Namun, semenjak Sri Mulyani menjabat hingga saat ini, keseimbangan primer masih negatif, bahkan defisitnya terus meningkat tajam.

Berdasarkan bahan paparannya, defisit keseimbangan primer pada 2014, 2015, 2016 dan 2017 adalah masing-masing Rp93,3 triliun, Rp142,5 triliun, Rp125,6 triliun, dan Rp129,3 triliun.

Oleh karena itu, dirinya mempertanyakan kenapa sikap pemerintah akhir-akhir ini yang reaktif ketika dikritisi tentang utang.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard
Editor : Achmad Aris
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper