Bisnis.com, JAKARTA -- Ekonom senior Faisal Basri mengatakan, sikap Menteri Keuangan Sri Mulyani berubah yang awalnya sangat teliti dalam mengelola utang menjadi sosok yang terlalu jor-joran dalam utang.
"Ketika awal menjadi pejabat [sebagai Menteri Keuangan] Sri Mulyani mengatakan, keseimbangan primer yang negatif mengartikan pemerintah meminjam uang untuk membayar utang masa lalu," kata ekonom senior Indef dalam acara diskusi Iluni UI, Jakarta, Selasa (3/4/2018).
Bahkan, lanjut Faisal, Sri Mulyani juga mengimbau pemerintah agar berhati-hati dalam merancang APBN, agar kondisi keuangan pemerintah selalu dalam keadaan sehat.
Namun, semenjak Sri Mulyani menjabat hingga saat ini, keseimbangan primer masih negatif, bahkan defisitnya terus meningkat tajam.
Berdasarkan bahan paparannya, defisit keseimbangan primer pada 2014, 2015, 2016 dan 2017 adalah masing-masing Rp93,3 triliun, Rp142,5 triliun, Rp125,6 triliun, dan Rp129,3 triliun.
Oleh karena itu, dirinya mempertanyakan kenapa sikap pemerintah akhir-akhir ini yang reaktif ketika dikritisi tentang utang.