Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bekraf Dorong Pendanaan di Sektor Ekonomi Kreatif

Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) mendorong permodalan di sektor ekonomi kreatif melalui kerja sama dengan berbagai lembaga keuangan.
Kepala Bekraf Triawan Munaf/Bisnis.com-Nur Faizah Al Bahriyatul Baqiroh
Kepala Bekraf Triawan Munaf/Bisnis.com-Nur Faizah Al Bahriyatul Baqiroh

Bisnis.com, JAKARTA – Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) mendorong permodalan di sektor ekonomi kreatif melalui kerja sama dengan berbagai lembaga keuangan.

Fadjar Hutomo, Deputi Akses Permodalan Bekraf, mengatakan sejak 2016 dicetuskan Dana Ekonomi Kreatif sebagai wujud komitmen Bekraf untuk mendorong ekosistem yang mendukung bagi permodalan ekonomi kreatif.

“Dana Ekonomi Kreatif atau Dekraf ini tujuannya agar semakin banyak lembaga keuangan yang mempunyai portfolio di ekonomi kreatif,” ujar Fadjar ketika ditemui di Acara Penandatanganan Nota Kesepahaman antara Bekraf dan Bursa Efek Indonesia untuk program IDX Incubator, Selasa (3/4).

Dia menjelaskan Dekraf menjadi payung program terkait permodalan dari Bekraf. Dalam pelaksanaannya, Dekraf menggandeng permodalan dari sisi perbankan dan non-perbankan.

Adapun beberapa inisiatif yang dilakukan seperti Bantuan Insentif Pemerintah (BIP) sejak 2 tahun lalu dengan total dana Rp6 miliar.

Dari 16 subsektor yang ada di Bekraf, untuk program BIP terdapat dua subsektor prioritas yaitu aplikasi dan game developer serta kuliner.

“Kami berikan dalam bentuk grant, total nilainya masih kecil, karena ini trial, total Rp6 miliar, per entitas bisnisnya maksimum Rp200 juta. Tahun ini belum diluncurkan,” ujarnya.

Dia mengatakan untuk mendapatkan bantuan permodalan tersebut, pelaku usaha harus melewati proses kurasi dan pemilihan oleh tim ahli.

“Jurinya dan kuratornya ada tim yang lebih mewakili industri dan pelaku di industri terkaitnya,” ujarnya.

Selain itu, pihaknya bekerja sama dengan pihak lainnya seperti filantropi, perbankan hingga pasar modal.

Dari 16 subsektor, Fadjar mengatakan kebutuhan pendanaannya sangat bervariasi. Selain itu, kesiapan dari sisi bisnis di masing-masing subsektor juga beragam.

Dia menjelaskan ada sektor yang secara sisi komersial belum siap seperti seni pertunjukan khususnya yang bersifat tradisional, sehingga kerja sama yang dilakukan dengan cara menggaet filantropi untuk menyalurkan modal dalam bentuk hibah.

Kemudian, ada sektor-sektor yang sisi komersialnya sudah ada atau memiliki reguler cash flow seperti subsektor kuliner, fesyen, dan kriya. Untuk ini, program yang dilakukan melalui KUR ekonomi kreatif. “Ini yang kelihatan produknya.”

Fadjar mengungkapkan dari data yang dimilikinya, minat pemberian modal pada sektor ekonomi kreatif semakin meningkat. Hal tersebut terlihat dari nilai kredit usaha rakyat (KUR) yang disalurkan oleh lembaga keuangan kepada pelaku usaha ekonomi kreatif.

“KUR ekonomi kreatif pada 2015 itu Rp3,5 triliun lebih, [pada] 2017 Rp5 triliun lebih. [Jadi] lembaga keuangan sudah melihat investasi di industri ekonomi kreatif,” jelasnya.

Sementara itu, ujarnya, ada beberapa subsektor yang sulit masuk dengan ketentuan kredit perbankan, seperti bisnis rintisan atau startup yang masuk ke subsektor aplikasi digital dan game, serta film, musik.

“Tidak bisa karena beda nature dan bisnis model, bisnis cycle-nya, yang bisa masuk investor mulai dari angel investor, venture capital, sampai ke pasar modal. Itu yang harus kami siapkan ekosistemnya,” jelasnya.

Terbaru, Bekraf juga menjalin kerja sama dengan Bursa Efek Indonesia melalui program IDX Incubator.

Fadjar mengungkapkan kerja sama ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan bagi pelaku bisnis rintisan berbasis teknologi agar ke depan siap masuk ke bursa.

“Kalau pendanaan [khususnya startup] tentu berbicara bagaimana angel investor, modal ventura, dan pasar modal di Indonesia, seperti apa. Jadi perlu disiapkan juga pelaku ekonomi kreatifnya,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Agne Yasa
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper