Bisnis.com,JAKARTA - Direktur Utama PT PLN (Persero) Sofyan Basir menilai alokasi domestic market obligation (DMO) batu bara yang saat ini ditetapkan pemerintah sebesar 25% dari total produksi masih cukup untuk memenuhi kebutuhan PLN, kendati kebutuhan batu bara perseroan terus meningkat.
"Masih cukup DMO," kata Sofyan di Jakarta, Rabu malam (28/3/2018).
PLN memproyeksikan kebutuhan batu bara untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dapat meningkat hingga 145 juta ton pada 2026. Jumlah tersebut meningkat sekitar 76,39% dari realisasi tahun lalu, yakni sebesar 82.2 juta ton.
Peningkatan tersebut didorong oleh banyaknya PLTU dari program 35.000 megawatt (MW) yang akan segera beroperasi atau mencapai commercial operation date (COD).
Untuk tahun ini kebutuhan batu bara diperkirakan meningkat menjadi 92 juta ton, sementara pada 2020-2021 kebutuhan batu bara dapat mengalami kenaikan 106-120 juta ton.
Sementara itu, alokasi kewajiban DMO batu bara ditetapkan pemerintah tahun ini sebesar 25% dari rencana produksi atau sekitar 121 juta ton. Batas atas produksi tahun ini sebesar 484 juta ton.
Sofyan mengatakan selain mengandalkan pasokan dari DMO, pihaknya juga tengah menjajaki tambang-tambang batu bara untuk mengamankan pasokannya. Ditargetkan Juni ini, PLN akan memiliki kerja sama dengan tambang-tambang batu bara, baik melalui skema akuisisi maupun kerja sama operasi.
Saat ini, rencana akuisisi tambang batu bara masih dalam proses tender. Beberapa di antaranya adalah tambang-tambang yang berada di Pontianak dan Bangka Belitung.
"Ke depan kami akan cari sumber-sumber batu bara lain yang dimiliki PLN ataupun kerja sama operasi dengan pihak lain dalam rangka security of supply PLN," kata Sofyan.