Bisnis.com, JAKARTA — Para ekonom Goldman Sachs Group Inc., menjelaskan indikasi pelemahan pertumbuhan global dalam kuartal I/2018, tidak perlu menjadi alasan bagi pasar untuk resah terhadap risiko perlambatan global pada masa yang akan datang.
Berdasarkan catatan riset yang diterbitkan pada Senin (26/3/2018), Goldman Sachs menjelaskan meskipun ada penyurutan pada tiga bulan pertama 2018, produk domestik bruto (PDB) dunia tahun ini masih akan berekspansi sebesar 4,1%, sedikit di atas perkiraan Goldman Sachs.
“Perkiraan ini mengingat adanya kondisi pengetatan keuangan dan aksi Presiden AS Donald Trump untuk menerapkan tarif tinggi untuk produk-produk impor China serta impor baja dan aluminium,” tulis Kepala Ekonom Goldman Sachs, Jan Hatzius dan koleganya melalui memo, seperti dikutip Bloomberg, Selasa (27/3/2018).
Mereka menambahkan alasan pelemahan pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama tahun ini untuk AS dan Zona Euro merupakan cerminan dari distorsi musim dan cuaca.
“Mengacu kepada aksi retaliasi (tindakan balasan dalam perdagangan) yang proporsional akan meningkatkan inflasi dan membebani pertumbuhan, baik di AS maupun di luar. Akan tetapi, model ekonomi global kami menyarankan bahwa dampaknya masih terlalu kecil untuk dilihat dari keriuhan normal di dalam data [saat ini],” tulis memo tersebut.
Ekonom Goldman Sachs mengindikasikan mereka tetap dengan proyeksi akan kenaikan suku bunga dari Federal Reserve sebanyak empat kali pada 2018 dan empat kali pula pada 2019.
Baca Juga
“[Pandangan kami] masih sangat hawkish relatif dengan penentuan harga pasar, meskipun perbedaannya juga relatif dengan pandangan The Fed,” tulisnya,
Adapun, perangkat yang digunakan Goldman Sachs untuk mengukur momentum pertumbuhan ekonomi global telah melambat sejara marjinal sejak akhir 2017. (Bloomberg/Dwi Nicken Tari)