Bisnis.com, BATANG — Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Batang, Jawa Tengah ditargetkan dapat mulai beroperasi secara penuh pada 2020.
Presiden Direktur PT Bhimasena Power Indonesia (BPI) Takashi Irie mengatakan proses pembangunan proyek yang akan menghasilkan kapasitas listrik 2.000 megawatt (MW) tersebut saat ini telah mencapai 40,2%. Dia pun mengklaim bahwa proyek tersebut akan rampung sesuai target awal.
“Dari dua unit yang ada, unit satu targetnya selesai pada Juni 2020, sedangkan untuk unit dua pada Desember 2020. Sampai saat ini belum ada kendala berarti yang kami temui,” papar Irie, Sabtu (17/3/2018).
Pasokan dari pembangkit di daerah pesisir utara Pulau Jawa tersebut akan membantu PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) menambah suplai listrik Jawa-Bali sebesar 5,7%. Selain itu, pembangkit bertenaga uap dari batu bara tersebut akan membantu perusahaan listrik plat merah itu untuk mencukupi kebutuhan industri di beberapa daerah di Jawa Tengah, antara lain Pekalongan, Kendal, dan Semarang.
Seperti diketahui, PLN akan membeli daya listrik PLTU Batang selama 25 tahun sejak hari komersial. Pasokan listrik tersebut akan disalurkan melalui saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET) 500 kilo-volt (kV) sepanjang 7 KM.
Selain itu, BPI bakal membangun sejumlah gardu induk tegangan ekstra tinggi (GITET) 500 kV untuk melengkapi gardu yang telah dimiliki sebelumnya.
Sementara itu, terkait tuntutan dampak lingkungan, Irie mengklaim bahwa sebagian besar bahwa abu batu bara hasil pembakaran akan diambil oleh pabrik semen di Indonesia. Adapun sisanya akan dibuang ke tempat penimbusan akhir yang telah mendapatkan izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Untuk operasional PLTU Batang akan mengonsumsi 600.000 ton batu bara per bulannya. Pasokan bahan bakar tersebut sebagian besar datang dari PT Adaro Energy Tbk.
Seperti diketahui, BPI merupakan perusahaan joint venture yang didirikan oleh tiga perusahaan konsorsium yakni Electric Power Development Co., Ltd (J-Power), PT Adaro Power yang merupakan anak perusahaan Adaro Energy, dan Itochu Corporation (Itochu).
Dalam kesempatan terpisah, Presiden Direktur PT Adaro Power Mohammad Effendi mengatakan sudah tidak ada lahan yang belum dibebaskan.
"Tidak ada lahan yang belum dibebaskan, seluruhnya sudah dibebaskan. PLTU Batang sudah mencapai financial close dan sedang dalam proses konstruksi," ungkapnya kepada Bisnis.
PLTU Batang akan berdiri di atas lahan seluas 226 ha. Tercatat, dana investasi yang dihabiskan untuk membangun pembangkit listrik tersebut mencapai US$4,2 miliar.