Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perindustrian menyebut sektor industri agro berpotensi tumbuh dobel digit setiap tahun asalkan dapat mengintegrasikan penyediaan bahan baku dan proses pengolahan dalam satu wilayah.
Direktur Jendral Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto mengatakan saat ini pihaknya tengah mengkaji sebuah model pengintegrasian tersebut sehingga diharapkan dapat mencapai tingkat efisiensi tertentu dan memiliki nilai ekonomis.
“Misalnya kami sudah memulai dengan komoditas singkong. Kami hitung dalam satu kegiatan produksi itu kira-kira untuk menjadi produk turunan dan produk lainnya membutuhkan lahan sekitar 50 hektar dalam satu unit processing dan itu sudah mencapai tingkat efisiensinya,” ujarnya di Jakarta, Kamis (8/3/2018).
Selain singkong, tutur Panggah, komoditas serupa yang kini tengah dikaji oleh Kemenperin adalah cokelat di Sulawesi Tengah dan kopi di wilayah Aceh.
“Kami sudah membuat peta potensi industri agro di seluruh wilayah Indonesia. Namun, ini perlu diperdalam lagi. Lalu, dari hal tersebut kemudian kita pikirkan soal integarasi antara on-farm dan industrinya,” imbuhnya.
Panggah menyebut integrasi antara penyediaan bahan baku dengan industri pengolahan dalam satu wilayah merupakan murni inisiatif dari pemerintah. Untuk itu dia berharap pengembangan tersebut dapat segera memiliki model atau formula yang tepat, sehingga dapat diterapkan di seluruh Indonesia.
Sebagai catatan, hingga kuartal III/2017, industri agro mencatatkan pertumbuhan paling tinggi dibandingkan dengan industri pengolahan lain dengan capaian 6,07%. Adapun, industri makanan yang menjadi subsektor industri agro diproyeksi akan menjadi penopang utama pertumbuhan tahun ini dengan perkiraan peningkatan sebesar 8,96%.